Minggu, 28 Juni 2009

KONTES SUARA KONSUMEN

TEMA

"AKU DAN BANK"


Merupakan ekspresi, pengalaman maupun persepsi masyarakat terhadap produk dan jasa perbankan antara lain: Tabungan,Kartu Kredit, ATM, Customer Service, Kredit Tanpa Anggunan dan Produk Perbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat)



KATEGORI PESERTA
  1. Pelajar Sekolah menengah Atas di seluruh Indonesia,dan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri/ swasta di seluruh indonesia dari segala jurusan dan disiplin ilmu / berusia 16 – 25 tahun (kode: PPM)
  2. Guru/ Dosen/Wartawan media nasional atau daerah yang meliputi bidang ekonomi, keuangan, perbankan dan hukum (kode: PDW)
  3. Masyarakat Umum (kode: PMU)

Kriteria Penilaian

Isi yang dapat memberikan nilai tambah bagi industri perbankan :
• Kesesuaian materi dengan tema “Aku dan Bank”
• Kreatifitas Cara Penyajian
• Unik
• Mengandung usul/solusi
• Tidak memuat nama bank dan tidak mengandung unsur SARA & pornografi


Catatan : Semua materi yang diterima panitia menjadi hak milik Pokja Edukasi Masyarakat tentang perbankan, dan Pokja dapat menggunakan materi tsb untuk kepentingan apapun yang berkaitan untuk edukasi masyarakat.


Ketentuan Lomba Cerita Pendek
KategoriKetentuan lomba Cerita Pendek
Pelajar/MahasiswaTiga halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4
UmumEmpat halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4
Guru/Dosen, wartawan/jurnalisLima halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4

Ketentuan Lomba Komik/Kartun
KategoriKetentuan lomba Komik/Kartun
Pelajar/MahasiswaMaks 8 frame gambar tangan di kertas gambar A3 Alat gambar bebas B/W atau colour
Umum Dosen/Guru/Wartawan/jurnalisMaks 12 frame gambar tangan di kertas gambar A3 Alat gambar bebas B/W atau colour

Ketentuan Lomba Film Pendek/Video Singkat
KategoriKetentuan Lomba Film Pendek/Video Singkat
Semua kategoriDikirim dalam bentuk VCD atau DVD Durasi 3-5 Menit


PESERTA WAJIB :
  1. Mengirimkan materi lomba dalam bentuk hard copy atau soft copy kepada panitia dalam amplop tertutup dengan diberikan kode kategori peserta di pojok kiri atas.
  2. Mencantumkan nama, no telp/HP, alamat surat dan kode peserta pada masing-masing item
  3. Melampirkan fotocopy tanda pengenal diri (KTP, Kartu Pelajar, Kartu Mahasiswa, atau Kartu Wartawan)

Batas waktu penerimaan lomba selambat - lambatnya
31 Agustus 2009 stempel pos dan dikirim ke
PO Box 1246 JKS 12012

Info lebih lanjut klik di sini

Selasa, 23 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (4)

Hari penutupan Goelali Children’s Film Festival ’09, Sabtu 20 Juni 2009, yang lebih sepi dibandingkan pada hari pembukaan. Seorang panitia bahkan bisa mengingat saya sebagai salah seorang peserta Scriptwriting Workshop sehari sebelumnya, karena sepinya pengunjung festiaval yang menarik ini.

THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME (TOKI O KAKERU SHOJO)

Saya datang agak terlambat untuk mengikuti pemutaran film THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME, film animasi 2D Jepang karya Mamoru Hosoda. Film sudah tayang beberapa menit saat saya tiba di Aula Besar Gedung Museum Bank Mandiri di Kota.

Meski terlambat, saya tetap menikmati film animasi fantasi ini. Ceritanya mengenai Makoto Konno, gadis urakan dan cuek yang bersahabat dengan Chiaki dan seorang cowok yang saya lupa namanya. Suatu hari, setelah selamat dari sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, Makoto menemukan bahwa ia memiliki kekuatan melompati ruang waktu. Untuk gadis yang suka bermain-main sepertinya, kemampuan itu mendatangkan keuntungan. Makoto menggunakan kemampuannya untuk bersenang-senang di karaoke dan ‘kabur’ saat Chiaki menyatakan perasaan cintanya.

Keadaan mulai kacau saat Makoto menemukan bahwa sahabat-sahabatnya justru menjadi korban dari ulahnya yang seenaknya melompati ruang waktu. Makoto menyesal sekali karena saat kemampuannya melompati waktu telah habis, ia menemukan bahwa dua sahabatnya justru mengalami kecelakaan fatal dan Chiaki harus pergi meninggalkannya. Padahal, Makoto harus menyatakan perasaannya bahwa ia pun sebenarnya suka pada Chiaki….

Saya memberi nilai 4 untuk film ini. Cukup lucu, menegangkan dan membuat penasaran.

FILMMAKING WORKSHOP

Usai menonton, saya dan Anita, teman baru yang saya temui pada hari pembukaan festival, langsung berpindah ke tempat dilaksanakannya Filmmaking Workshop dengan IKJ. Sebenarnya, bukan hanya IKJ yang terlibat, melainkan juga beberapa pihak lain seperti Elang Perkasa Film dan lain-lain.

Sesi pertama workshop gratisan ini dimulai dengan menyaksikan film Viva Indonesia! Produksi SET Film. Lalu, setelah itu, Mas Sugeng, seorang Asisten Sutradara berpengalaman, menguraikan secara singkat apa dan bagaimana film itu.

Tanpa banyak bicara lagi, setelah break setengah jam untuk makan siang dan shalat, kami, peserta workshop, langsung praktek membuat sebuah film pendek berdurasi satu menitan. Peserta dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan membuat satu film pendek mulai dari konsep hingga proses pengambilan gambar.

Waduh, ternyata cukup rumit ya, membuat film itu? Dibimbing Tri Wahyu Jatmiko atau Koko, fotografer, kami yang terdiri dari Anita, Harum (peserta Scriptwriting Workshop di Instituto Italiano di Cultura juga) dan saya, mulai membuat film iklan majalah Time Out Jakarta tanpa persetujuan pihak majalah bersangkutan. Yah, namanya juga buat latihan, bukan untuk dijadikan iklan sebenarnya.

Proses pengambilan gambar berlangsung lebih dari satu jam. Pada awalnya, Mas Koko menyarankan agar kami sendiri yang memegang kamera. Tapi karena semuanya masih belum berpengalaman, akhirnya sang mentor-lah yang memegang kamera. Biar lebih cepat selesai. ^_^

Proses yang memakan waktu lama tersebut membuat saya dan Anita tak bisa menonton Morrison, film penutup Goelali Children’s Film Festival. Padahal, voucher film sudah ada di tangan.

Tapi, sudahlah. Mengikuti workshop ini lebih berharga bagi saya daripada menonton. Lebih banyak ilmu yang saya dapatkan.

Setelah proses pengambilan gambar usai, kami segera kembali ke tempat semula. Di sana, kelompok lain ternyata sudah lebih dahulu selesai. Gambar-gambar yang kami ambil lalu disunting oleh Mas Bayu.

Namun karena keterbatasan waktu, proses akhir tersebut tak dapat diselesaikan saat itu juga. Mas Sugeng dan Mas Bayu mengatakan akan mengunduh film tersebut di fb atau youtube, jika sudah selesai diedit.

Menjelang Maghrib, saya dan Anita meninggalkan Gedung Museum Bank Mandiri yang sudah sepi. Pulang dengan membawa pengalaman baru yang menyenangkan dan berkesan.

Terima kasih untuk penyelenggara Goelali Children’s Film Festival ’09 dan pihak-pihak yang ikut mendukung penyelenggaraan festival film anak pertama di Indonesia ini. Terima kasih karena sudah menambah pengalaman dan membuat hari-hari saya berkesan selama mengikuti festival ini. Semoga, tahun depan, Goelali Film Festival kembali diselenggarakan. Semoga bertemu kembali!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (3)

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya saya temukan juga Gedung Instituto Italiano di Cultura. Saya tiba pukul 11.15 pada hari Jumat, 19 Juni 2009 dengan acara pertama (bagi saya) adalah menonton LITTLE BIG SHOTS PACKAGE #3. Saya memberi nilai 4 untuk karya-karya impor ini. Sebab, dari sembilan film pendek, ada enam judul film yang saya sukai. Berikut uraian saya tentang kesembilan film pendek tersebut.

BRUNO

Karya Jurgen Haas dari Jerman dan tanpa dialog. Saya suka film ini karena menunjukkan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan cara sederhana : bermain bersama. Mengisahkan sekor lalat yang pada awalnya dianggap mengganggu oleh seekor laba-laba. Namun setelah bermain musik bersama, merekapun berteman.

KEMO SABE

Ada isu rasialisme dalam film ini. Karya Rana Kazkaz dari Amerika Serikat ini mengisahkan Yussef—keturunan Arab—yang ingin sekali bergabung menjadi koboi bersama sekelompok anak kulit putih. Meskipun Raul, anak Hispanik, menawarinya bermain menjadi Indian bersama anak-anak non-kulit putih lainnya, Yussef tetap ingin menjadi koboi. Setelah mendapatkan jins dan gesper, Yussef—atas ‘bantuan’ Raul—akhirnya dapat bergabung dengan grup koboi yang selalu memenangi pertempuran. Namun, pada akhirnya, Yussef justru merasa kurang nyaman setelah dapat mewujudkan mimpinya menjadi koboi…. Oke, saya suka film ini. Tidak ada kata lain.

CRACKS

Film karya Micah Baskir dari Amerika Serikat ini membosankan bagi saya. Ceritanya tentang seorang gadis yang berangkat ke sekolah dengan menginjak bagian-bagian jalan yang retak. Kalau seseorang memahami dan percaya takhayul orang bule bahwa menginjak jalan retak dapat membawa sial, maka barangkali, dia dapat menikmati film ini sebagai ‘tantangan’. Namun karena saya tidak percaya takhayul seperti itu, saya jadi tidak bisa menikmati film ini….

THE RED BALLOON

Lagi-lagi dari Amerika Serikat dan lagi-lagi tidak saya sukai. Karya sutradara Michael Olesen yang bagi saya kurang menarik. Ceritanya sih cukup mengharukan. Tentang seorang anak yang membeli balon merah dengan harga diskon. Pada balon tersebut, digantungkan kertas bertuliskan ucapan selamat ulang tahun untuk ibu sang anak. Setelah balon dilepaskan, film pun berakhir. Ah, hanya itu? Tidak ada penjelasan lain?

WHO SAVED THE MOON

Film anak-anak sejati dan tidak bertele-tele, karya Luke Feldman dari Australia. Tentang seorang anak yang berusaha menyelamatkan bulan yang jatuh ke dalam sumur. Intinya, saya suka film ini.

CHINESE WHISPER

Orang Jerman ternyata jago bikin film. Karya Oliver Rauch ini mengisahkan permainan membisikkan kalimat singkat secara berantai yang disebut Chinese Whisper. Ceritanya, Mariam membisikkan “Paul tidak pernah mandi” pada teman di sebelahnya. Sang teman lalu membisikkan kalimat serupa pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga seisi kelas menertawai Paul. Namun pada saat terakhir, seorang teman yang tidak setuju pada ulah Mariam, mengganti dengan kalimat lain dan membisikkannya pada Paul sebagai peserta terakhir. Paul pun tersenyum dan mengucapkan keras-keras kalimat yang ia dengar hingga keadaan berbalik : justru Mariam yang dibuat malu. Film yang lucu, sederhana dan saya sukai. Apa lagi yang harus saya katakan?

CANARY BEAT

Kalau tida punya teman, kita masih bisa bermain sendiri. Begitulah pesan film ini yang dihiasi musik menghentak ini. Karya Jurgen Haas (Jerman) ini mengisahkan seekor burung kenari yang berduet dengan bayangannya sendiri. Saya suka film ini.

A HORSE TALE

Animasi yang kaku dan cerita yang maunya melucu tapi kurang lucu membuat saya bosan dan tidak menyukai film ini. Disutradarai oleh Rick Hazell dari Sekolah Film Vancouver, Kanada. Tentang seekor kuda yang tidak mau bergerak sekalipun seorang penunggang kuda sudah berusaha keras membuatnya agar mau bergerak. Bosan….

MY GREATEST DAY EVER

Film Australia karya Mark Bellamy yang kocak dan tentunya saya sukai. Tentang ayah dan anak yang percaya takhayul dan kehilangan kaus kaki keberuntungannya justru pada saat final turnamen sepak bola yang penting. Scotty, sang anak yang menjadi tidak percaya diri, lalu berusaha agar ia tak perlu main. Namun sialnya, ia malah ditunjuk menjadi kipper, posisi yang belum pernah ia pegang sebelumnya. Keadaan menjadi genting. Saat ayah Scotty berhasil menemukan kaus kaki keberuntungan Scotty, kaus kaki itu ternyata tak mampu membalikkan situasi….

SCRIPTWRITING WORKSHOP

Begitu film—yang dirangkai dengan Little Big Shots Package #4—usai, dengan perut agak keroncongan, saya naik ke lantai dua untuk mengikuti Scriptwriting Workshop dengan Serunya Scriptwriting yang dimulai pada pukul 13.00. Barangkali karena lapar, saya jadi kurang konsentrasi. Namun, saya paksakan diri mengikuti pelatihan gratis ini.

Oleh seorang pengajar yang saya lupa namanya (maafkan saya, sensei ^_^), kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan mulai merancang sebuah sinopsis sebuah skenario film anak-anak. Sesuai dengan tema The Magic of Film, kami pun diminta menulis sinopsis film fantasi anak berdasarkan setting dan karakter utama yang telah kami tentukan.

Setelah jadi, sinopsis tersebut dinilai dan ternyata… kelompok kami dinyatakan sebagai kelompok dengan sinopsis terbaik! Kamipun diberi hadiah berupa masing-masing sebuah wafer buatan Malaysia yang entah bagaimana rasanya. Wafer itu tidak pernah saya makan, tapi saya berikan pada tante saya setibanya saya di rumah.

Seperti apa sinopsisnya? Hehehe, saya agak malu menceritakannya di sini. Namanya juga film fantasi, jadi pastilah serba ajaib. Dan itulah yang membuat saya tidak percaya diri menguraikannya di sini. Hahaha!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (2)

Sebenarnya, hari itu saya agak malas keluar rumah. Namun karena di rumah juga membosankan, siang itu, Rabu, 17 Juni 2009, saya putuskan saja untuk datang ke CCF Salemba. Sebab, di gedung Pusat Kebudayaan Prancis tersebut, sedang diadakan Goelali Children’s Film Festival ’09.

Tiba di sana, karena pemutaran film kali itu adalah Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya langsung mengambil voucher film. Sempat ditawari pula untuk membeli pin festival seharga Rp 6000,- per buah dan saya membeli satu buah saja ^_^

Meski sebelumnya saya sudah pernah menyaksikan Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya masuk saja. Sebab, pemutaran film berikutnya, Little Big Shots Package #4, baru akan dimulai pukul 17.00. Daripada bengong, saya nonton saja apa yang sudah pernah saya tonton. Toh gratis, saya tidak rugi sama sekali, ‘kan? Lagipula, saya menjadi satu dari sedikit orang yang hadir di sana untuk menyaksikan film. Mini teater setempat hanya terisi setengah dari kapasitasnya. Sebagian adalah anak-anak yang cukup berisik dan mengganggu. Barangkali, film pendek memang kurang menarik bagi mereka….

Usai pemutaran Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, hanya berselang beberapa menit, film berikutnya dimulai. Untuk rangkaian film pendek ini, saya memberi nilai 3 dari skala 1 sampai 5. Sebab, dari delapan film pendek yang ditayangkan beruntun, hanya empat yang saya sukai. Saya kira, nilai 3 cukup-lah. Bagaimana pun, Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, masih lebih saya sukai (saya memberi nilai 4) karena lebih banyak judul film yang menarik bagi saya pribadi.

Namun, kalau mau jujur, sebagai referensi untuk belajar tentang film, saya lebih memilih Little Big Shots Package #4 daripada Film Pendek Indonesia-Kawan Setia. Sebab, dari film-film luar tersebut, saya belajar bahwa untuk menyampaikan sesuatu, kita tidak perlu bertele-tele dan membuang-buang frame dan durasi film. Cukup disampaikan dengan lugas, penonton akan langsung memahami. Berbeda dengan sebagian film Indonesia yang cenderung berlama-lama dan mengulangi apa yang sudah pernah disampaikan dalam adegan sebelumnya….

Meski demikian, karena saya cinta Indonesia, maafkanlah saya jika sedikit subyektif dengan memberi nilai lebih tinggi untuk karya-karya bangsa kita. Nah, inilah uraian saya mengenai Little Big Shots Package #4.

OLI’S CHANCE

Film pembuka ini adalah salah satu dari empat film yang saya sukai. Film animasi 3D yang bercerita tentang seorang anak nakal bernama Oli yang suka bermain di rel kereta api. Sampai suatu saat, Oli bertemu dengan tiga orang anak yang pernah menjadi korban kecelakaan di rel kereta api. Pertemuan ini membuat Oli sadar akan bahaya bermain di rel kereta api. Oli bersyukur, nasibnya tidak seperti ketiga anak tersebut. Film berbahasa Jerman karya Saschka Unseld dan Johanes Weiland ini bagus sekali untuk kampanye mengurangi kecelakaan di jalur kereta api. Tidak hanya anak-anak, orang tua—termasuk mereka yang suka naik ke atap gerbong penumpang—wajib menontonnya!

BREAD

Karya Paola Morabito yang mungkin agak membingungkan bagi anak-anak. Minim dialog dan membutuhkan kejelian sendiri untuk menangkap pesan atau inti dari film ini. Film Australia ini mengisahkan gadis kecil yang harus bekerja di toko roti milik keluarganya. Akibatnya, ia tak bisa mengikuti (atau menyaksikan?) pertandingan sepak bola di sekolahnya. Padahal, sekolahnya berhasil merebut piala kemenangan. Maka, si gadis hanya bisa menendang-nendang roti, seolah sedang bermain sepak bola di toko roti milik keluarganya. Bagus sih…. Tapi menurut saya bagian pembukanya terlalu panjang. Piala kemenangan sekolah, yang membuat si gadis kecil merasa sedih, justru hanya ditampilkan sekilas. Padahal, bukankah piala itulah yang memicu konflik batin dalam diri sang gadis cilik? Akhir kata, saya tidak suka film ini….

NO BIKINI

Film Kanada karya Claudia Morgado Escanilla. Ini juga film kesukaan saya. Bercerita tentang Robin, gadis 7 tahun yang kurang suka dengan bikini yang dibelikan oleh ibunya. Akibatnya, saat sedang mengikuti kelas renang selama enam minggu, Robin memutuskan untuk mengenakan celana pendek saja. Maka, ia pun ‘berubah’ menjadi anak laki-laki. Tak disangka, semua orang percaya bahwa ia adalah anak laki-laki, termasuk guru renangnya sendiri. Robin pun menikmati masa-masa menjadi anak lelaki yang sangat menyenangkan, meskipun tidak mungkin berlangsung selamanya. Hah…. ‘transformasi seksual’ yang indah….

EARLYBIRD

Idenya sih bagus, kampanye naik sepeda agar dapat sampai di tujuan lebih cepat daripada naik mobil. Namun karya sutradara Trace Bolla dari Australia ini agak membosankan saya. Sebab, selama mengikuti film, saya jadi merasa bahwa pembuat filmnya sendiri yang mematahkan kesimpulan bahwa naik sepeda lebih cepat daripada naik mobil. Entah ini perasaan saya yang kurang peka atau pembuatnya yang terlalu senang ‘bermain-main’ dengan animasi 2D, namun saya jadi merasa bahwa perjalanan sang koki—tokoh utama film—menuju tempat kerjanya dibuat menjadi panjang, lama dan pada akhirnya, membosankan….

ANATOMMY

Katanya, Logan Cascia, sutradara film ini baru berusia 18 tahun. Kalau benar demikian, saya salut karena mampu membuat film dokumenter yang bagus dan inspiratif. Film ini mengisahkan Tommy Carroll yang buta karena kanker retina, namun merasa bahwa keadaannya yang cacat justru membuatnya lebih baik. Tommy mengaku, dia tidak bisa membayangkan, apakah ia dapat melakukan segala macam kegiatan seperti lari, main skateboard, main drum dan lain-lain sebaik saat ini (dalam keadaan buta), jika saja ia dapat melihat. Hebat!

HERZOG AND THE MONSTERS

Film Skotlandia yang membuat kepala pusing. Meskipun pemenang penghargaan, saya tidak suka karena kesulitan membaca kata-kata dan huruf-huruf yang ‘berserakan’ di layar. Kisahnya sendiri tentang Herzog yang membuat cerita dari huruf-huruf yang ia curi dari buku-buku milik neneknya. Neneknya marah da mengurung Herzog hingga Herzog tersesat di sebuah hutan yang dipenuhi dengan monster-monster yang tercipta dari rangkaian huruf. Membingungkan bagi saya….

GLOSOLL-SIGUR ROS

Film Islandia karya Stefan Arni dan Siggi Kinski. Yang saya sukai dari film ini hanyalah para pemainnya yang lucu-lucu dan pemandangan alam yang cukup indah. Selain dari itu, tidak ada. Ceritanya sendiri mengenai penabuh drum cilik yang membawa sejumlah anak untuk ‘terbang’ bebas, melayang penuh sukacita. Tanpa dialog dan membuat saya bosan.

SNAKEBITE

Film terbaik biasanya ditempatkan paling akhir. Seperti itulah Snakebite, film Skotlandia karya Matt Pinder. Kisahnya mengenai dua anak gendut-lucu yang bersahabat, Sammy dan David. Saat sedang bermain di sungai, Sammy digigit oleh seekor binatang. David yakin, binatang itu adalah ular dan merasa bahwa Sammy sebentar lagi akan mati. Dua sahabat itu menjadi sedih. Sammy lalu membayangkan, apa yang terjadi saat ia mati nanti. Ia membayangkan keluarganya berduka pada saat penguburannya dan bagaimana kawan-kawannya mengenangnya sebagai anak yang baik dan istimewa. Sammy semakin berduka saat pulang ke rumah hingga orang tuanya pun menggunakan sedikit muslihat untuk mengatasi kesedihan hati Sammy. Film yang sederhana dan sangat cocok untuk anak-anak. Dan yang pasti, sepanjang film, saya tak henti menahan tawa geli melihat tingkah Sammy yang polos dan menggemaskan.

Usai menonton, saya segera pulang. Gedung CCF semakin sepi saja….

Minggu, 21 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (1)

Dari Depok pada Minggu pagi 14 Juni 2009, saya naik kereta dan turun di Stasiun Jakarta Kota (Beos). Lumayan juga perjuangan yang harus saya lalui, harus berdiri selama hampir satu jam sambil menjaga tas dan HP dari ancaman copet yang senantiasa mengintai.

Tiba di Beos, saya cepat-cepat menyeberang, memasuki Museum Bank Mandiri dan langsung menemukan loket ticket box dan informasi. Acara yang saya tuju pada hari itu adalah mengikuti sesi forum diskusi bertema "Film & Anak-anak" yang menghadirkan pembicara Chicha Koeswoyo (Mantan Artis Cilik & Board Advisor Goelali Foundation), Mutiara Padmosantjojo, S. PSi M.Sc (Spesialis Pendidikan Anak Usia Dini) dan Ursula Tumiwa (Board advisory Memmber & Koordinator Festival) dengan moderator David Chalik (Artis & Presenter).

Acara yang sedianya dimulai pada pukul 12.00 tersebut molor hingga setengah jam. David datang agak terlambat dan sempat bertanya pada saya "Mbak, di sini tempat forum diskusi-nya, ya?" Saya mengangguk saja meski heran, mengapa dia bertanya pada saya padahal saya bukan panitia sementara di sekitar itu jelas-jelas ada panitia festival berkeliaran. Atau, apakah karena saat itu saya memakai t-shirt putih, "seragam kebesaran" panitia?

Ah, sudahlah. Setelah menunggu peserta diskusi yang jumlahnya kurang dari setengah kapasitas kursi yang tersedia, diskusi pun dimulai. Bagi saya, diskusi itu agak membosankan dan kurang menambah wawasan. Sebab, mirip obrolan arisan ibu-ibu. Seorang ibu seksi (kalau tidak salah Sari Koeswoyo), mengusulkan agar kaum ibu membuat petisi pada produser agar membuat film anak dan seterusnya. Namun, intinya para pembicara prihatin atas kurangnya film anak-anak. Kalau pun ada, adalah film branding seperti Liburan Seru! yang disponsori sebuah merek susu. Chicha juga curhat tentang pengalamannya menonton Laskar Pelangi bersama anak-anaknya. Anak lelakinya mengatakan bahwa film tersebut bagus, sementara anak perempuannya menyebut bahwa film tersebut adalah film paling buruk. Saat itu Chicha langsung shock dan akhirnya menonton lagi Laskar Pelangi hanya berdua dengan anak perempuannya tersebut. Setelah didampingi dan diberi penjelasan, barulah sang anak memahami pesan dari film tersebut.

Usai acara, saya keluar dari ruang diskusi nyaris tanpa kesan. Bersama Anita, teman baru yang juga mengikuti program forum diskusi tersebut, kami makan siang di kantin museum. Setelah itu, kembali untuk mengikuti forum diskusi berikutnya yang bertema "Industri Film Anak-anak (Indonesia)" di ruangan yang sama. Lagi-lagi, acara molor lebih dari setengah jam., atau mungkin sampai satu jam. Anita sampai gelisah. Sebab, setelah acara itu, ia berniat menonton "Film Pendek Indonesia-Kawan Setia" pada pukul 15.30. Jika diskusi terlambat dimulai, bisa jadi dia akan terlambat pula untuk menonton film.

Akhirnya acara pun dimulai. Masih dengan David Chalik sebagai moderator, diskusi ini menampilkan pembicara antara lain Jujur Prananto (Penulis Skenario “Sherina), Arturo GP (Sutradara & Editor Film) dan Drs. Zamris Habib (Pengamat Pendidikan & Komunikasi). Dengan materi yang disiapkan lebih matang dan konsep yang mirip kuliah umum, saya merasa bahwa diskusi yang diisi oleh praktisi berpengalaman ini akan lebih menarik daripada diskusi sebelumnya. Anita juga menjadi lebih bersemangat mengikutinya.

Sayang, Anita harus meninggalkan forum yang mulai menghangat itu karena ingin menonton film. Saya pun mengikutinya meskipun belum memegang tiket atau voucher. Sebab, menurut panitia, untuk film tersebut sudah fully booked dan nama saya masuk daftar tunggu. Meski demikian, saya tetap berniat nonton. Siapa tahu, ada penonton yang membatalkan niatnya menonton dan kursi pun diberikan pada saya.

Akhirnya saya masuk juga ke mini teater untuk menonton karena pada saat-saat terakhir, jumlah penonton masih bisa dihitung dengan jari. Sepi.... Membuat saya heran dan tercengang. Apakah karena yang akan tayang adalah film pendek yang mungkin kurang dikenal, maka jumlah penonton menjadi sedemikian sedikitnya?

Sudahlah, yang penting saya bisa menonton, bukan? Lebih penting lagi, saya jadi tahu, bahwa sebenarnya pembuat film Indonesia adalah orang-orang yang profesional dan tentu saja mampu menghasilkan karya bermutu baik. Rangkaian 6 film pendek tersebut adalah sebagai berikut.

CHENG CHENG PO
Film karya BW Purbanegara ini adalah film bertema "Bhinneka Tunggal Ika". Filmnya sendiri berkisah tentang Markus, Tiara dan Tahir yang ingin membantu Han, sahabat mereka yang kesulitan membayar SPP (kalau tidak salah, anak SD zaman sekarang tidak lagi bayar SPP, deh...). Padahal, bisnis bakpao orang tua Han sedang berada dalama kesulitan karena kurang laku. Akhirnya, bermodalkan barang-barang 'pinjaman' yang diambil tanpa seizin pemiliknya (orang tua mereka sendiri!), anak-anak itu membuat barongsai dan menari-nari di depan lapak orang tua Han. Singkat kata, aksi mereka yang dibantu modin mushalla setempat, menarik perhatian orang untuk membeli bakpao. Han pun dapat membayar SPP-nya. Saya agak bingung dengan film ini. Di sisi lain mengajarkan kekuatan persahabatan dan ke-bhinneka-an, namun di sisi lain juga mengajarkan agar anak boleh saja 'meminjam tanpa izin' barang milik orang lain--sekalipun milik orang tua sendiri--selama akan digunakan untuk kebaikan. Yah... besok-besok, Robin Hood akan menjadi pahlawan yang nyata, bukan lagi sekadar cerita rakyat yang sulit dibuktikan kebenarannya.

AKU, KORAN DAN DVD
Karya Millaty Ismail ini minim dialog. Ceritanya tentang penjual koran bernama Abdullah yang menghabiskan uang hasil kerjanya untuk membeli DVD bajakan video klip Peterpan dan 'menyogok' penjual DVD untuk memutarkannya. Sepintas mirip pemborosan. Tapi, setiap orang berhak menggunakan uangnya dengan cara yang ia sukai, bukan?

JALI JONI
Karya Isha Hening ini benar-benar film untuk anak. Ada pesan yang mengena bahwa kita jangan mengabaikan teman atau saudara kita. Kisahnya sendiri mengenai Jali, yang diabaikan oleh teman sekolah dan kakaknya, Maul. Karena kecewa, Jali bersahabat dengan seekor kambing yang ia beri nama Joni. Persahabatan itu membuat Jali tidak mau lagi makan sate kambing, lebih suka sayuran dan pernah mencuri susu adik bayinya untuk diberikan pada Joni. Meskipun pada akhirnya Jali harus berpisah dengan Joni, film berakhir dengan manis. Sebab, Maul akhirnya sadar bahwa ia tidak boleh mengabaikan adiknya. Film ini, meskipun alurnya agak lambat, namun tema persahabatan yang sederhana membuatnya lebih menarik daripada tema 'besar' seperti bhinneka tunggal ika.

AKU SAYANG MARKUS
Karya anak IKJ dengan sutradara Danial Rifki. Film ini bagus dan sempat membuat Anita menitikkan air mata sementara saya sendiri tidak habis pikir dengan kontradiksi yang ditampilkan walaupun hanya sekilas. Ceritanya tentang dua sahabat, Ajeng dan Markus. Markus yang sakit AIDS, dikucilkan dari pergaulan dan dilarang bersekolah. Hanya Ajeng yang tetap mau berteman dengannya, bahkan mengajari Markus berbagai pelajaran sekolah selama Markus tidak bersekolah. Markus berjanji akan mengajak Ajeng naik bianglala, namun tidak sempat ditepati karena Markus akhirnya meninggal dunia. Nah, di sinilah yang jadi pertanyaan saya. Dalam sebuah adegan, ditunjukkan bagaimana Markus dengan teratur meminum obat untuk menjaga kesehatannya. Namun dalam adegan lain, Markus dan Ajeng, tampak sedang nongkrong di atap rumah pada malam hari. Akibatnya, Markus baruk-batuk, sakit. Kita tahu, AIDS adalah penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Namun mengapa Markus dibiarkan bermain-main di atap rumah yang tentu saja tidak baik bagi kesehatannya? Lagipula, apa alasannya sampai Ajeng dan Markus harus naik ke atap segala selain untuk mengobrol? Untuk melihat bintang seolah-olah sudah berada di atas bianglala atau apa? Ada yang bisa menjawab?

TROPHY BUFFALO
Film karya Vanni Jamin ini adalah satu dari dua film terbaik dalam rangkaian film pendek ini. Berkisah tentang permusuhan dua keluarga di Sumatera Barat yang mempertaruhkan harga diri melalui adu kerbau. Anak-anak keluarga tersebut kemudian berupaya mendamaikan keluarga dan berusaha menyudahi adu kerbau yang menyiksa binatang tersebut. Meski heran bagaimana Pandi, salah seorang tokoh utama cerita, bisa lolos dari kamar saat dikurung oleh ayahnya, saya jadi heran, mengapa cerita ini tidak dianggak menjadi film panjang saja? Cerita sebagus ini hanya dapat dinikmati dalam waktu singkat, rasanya sayang....

HARAP TENANG, ADA UJIAN!
Film terbaik yang memang pantas diletakkan sebagai film penutup. Karya Ifa Isfansyah (Garuda di Dadaku) ini memang kocak. KIsahnya mengenai anak Yogya yang polos dan sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir. Saat gempa Yogya terjadi pada 2006, sang anak sedang belajar sejarah, khususnya tentang masa penjajahan Jepang. Menemukan rumahnya hancur dan ayahnya tewas, sang anak mengira dua orang sukarelawan Jepang sebagai pelakunya. Ia mengira Jepang hendak kembali menjajah Indonesia dan bertekad mengusir Jepang. Saya tertawa sampai mengeluarkan air mata saat menonton film ini. Film yang sangat bagus dan membuat saya jadi ingin menonton karya Ifa Isfansyah yang lain!

Saya kembali ke Depok saat sore menjelang. Meski pada awal kedatangan sempat bete karena agak kecewa dengan forum diskusi-nya, namun Kawan Setia membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ternyata, pembuat film kita sebenarnya sudah jago-jago, kok.

Senin, 08 Juni 2009

LA-LIGHTS INDIE MOVIE 2009 WORKSHOP FILM

a. Persyaratan dan peraturan:

• Pendaftar adalah berkewarganegaraan Indonesia dan berusia minimal 18 – 30 tahun.

• Jika pernah mendapatkan penghargaan di festival Film tingkat nasional atau international, harap dicatumkan dalam formulir.

• Mendaftar diri sebagai perorangan dan tidak mengatasnamakan kelompok.

• Mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan yang ada dan mengembalikan formulir ke alamat yg sudah ditentukan.

• Tidak sedang mempunyai perjanjian atau kontrak dengan perusahaan film manapun.*

• Setiap pendaftar hanya berhak mengisi dan mengembalikan satu formulir pendaftaran.

• Pihak penyelenggara berhak mengunakan hasil karya peserta untuk kepentingan program LA Lights di semua media.*

• Konten cerita film tidak mengandung unsur SARA, Pornografi dan mendiskreditkan pihak-pihak tertentu.*

• Unsur-unsur yang ada dalam film adalah original dan tidak merupakan jiplakan dari karya orang lain tanpa ijin tertulis dari yang bersangkutan. Apabila ada tuntutan hukum dari pihak yang lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab peserta.*

• Batas akhir pengembalian formulir adalah 1 minggu sebelum workshop dimulai di setiap kota.

• Peserta yang telah dinyatakan lolos dari tahap Meet The Producers wajib menandatangani kontrak untuk mengikuti keseluruhan kegiatan sesuai dengan kurikulum. Mengenai waktu dan tempat akan disesuaikan di masing-masing kota.

*KET: terutama bagi teman-teman yang ingin mengikuti kompetisi sinopsis film cerita pendek -on the spot- pada saat workshop (untuk di produksi dalam program Film Gue Cara Gue), dan lolos masuk ke Day 2 (Meet the producers) - presentasi ide-

b. Prosedur Pendaftaran :

• Pendaftar mengambil pendaftaran di sekretariat yang telah ditentukan dan atau mendownload pendaftaran di website ini, enjoyindiemovie atau di la-lightsindiemovie

• Formulir pendaftaran boleh difotokopi

• Pendaftar mengisi formulir pendaftaran dengan benar, mengisi pilihan program yang di inginkan dan mengembalikan secara langsung ke sekretariat atau kirim via pos ke alamat yang telah ditentukan atau dikirim melalui email di alamat email sesuai dengan sekretariat di tiap kota.


• Pendaftar membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 10.000,- dpt di transfer juga. Lihat keterangan di akhir pengumuman ini.

• Pendaftar WAJIB menyertakan fotokopi KTP / SIM/ KTM/Kartu Pelajar, foto berwarna (bebas, terbaru) ukuran 2R.

• Dari seluruh pendaftar, peserta akan diseleksi sejumlah kapasitas tempat pelaksanaan workshop berdasarkan formulir pendaftaran.

• Peserta yang terpilih wajib melakukan daftar ulang di sekretariat masing masing kota pada waktu yang telah di tentukan.

• Workshop diselenggarakan pada hari pertama. Pada tahap ini akan diselenggarakan mekanisme penyaringan kembali yang menentukan peserta yang berhak maju pada tahap Meet The Producers pada hari ke dua.

.

SEKRETARIAT JAKARTA

SET FILM WORKSHOP
Jl. Sinabung No.4B, Pakubuwono Keb.baru
jakarta Selatan 12120
Email : la.indiemovie@gmail.com
Telp. 021 72799227 / 72799226
fax : 021 7229638
Cp: Fira / Anunk / Kenya

----------------------------------------------
JADWAL WORKSHOP

JAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
4 & 5 Juli 2009
@ PPHUI Kuningan, Jakarta


Panitia: SET FILM WORKSHOP
CP : Anunk/Kenya 0815 10594899 / 021 99323279


YOGYAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
11 & 12 Juli 2009
@ Auditorium RRI Gejayan

Panitia:
CP: Ratna 0274 6572017
email : indiemovie_jogja@yahoo.com

SURABAYA
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
18 & 19 Juli 2009
@ Gedung Telkom Ketintang


Panitia: Otak otak Event & Communication
CP: 031 7314305 (office) / Edy, 031 77194638

BANDUNG
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
25 & 26 Juli 2009
@ Dago Tea House

Panitia: Sembilan Matahari
CP: Manda, 022 91690093

Biaya pendaftaran Rp 10.000
Diserahkan pada saat pengembalian Formulir*

* cara pembayaran tergantung kebijakan masing2 panitia / EO Lokal

Untuk mereka yang berdomisili jauh dari SET Film (Jakarta), pembayaran dapat dilakukan via transfer.
CARA nya..:
* jgn lupa kirim formulir by email ato pos.. formulir bisa di download di WEB ini..-coba buka blog nya ya-
* Transfer biaya Pendaftaran Rp 10.000 ke BCA cabang Mayestik a/n KARJONO. 2281410611
* Bukti Transfer WAJIB di scan & di email ke la.indiemovie@gmail.com
*JGN LUPA untuk konfirmasi ke panitia by sms ato telpon ato email jika sudah melakukan transfer.

Rabu, 03 Juni 2009

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009)

Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
Kembali menyelenggarakan:
LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009) Memperebutkan:
LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

�Peserta: Terdiri dari 3 (tiga) kategori : Pelajar SLTP, SLTA dan Mahasiswa/Guru/Umum

Syarat-Syarat Lomba:
1.Lomba terbuka untuk Pelajar SLTP (Kategori A), Pelajar SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau yang sedang studi/dinas di luar negeri
2.Lomba dibuka tanggal 10 Mei 2009 dan ditutup tanggal 3 Oktober 2009
3.Tema cerita: Dunia remaja dan segala aspeknya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, penderitaan, maupun kekecewaan)
4.Judul bebas, tetapi mengacu pada Butir 3
5.Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul
6.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif serta bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasi

7.Ketentuan naskah:
a.Ditulis di atas kertas ukuran kuarto (A-4), ditik berjarak 1,5 spasi, font 12 (huruf Times New Roman), margin kiri kanan rata (justified) maksimal 5Cm
b.Panjang naskah antara 6 � 10 halaman, disertai: sinopsis, biodata dan foto pengarang, foto copy indentitas (pilih salah satu: KTP/Paspor/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa) yang masih berlaku
c.Naskah yang dilombakan dicetak/diprint-out masing-masing judul 3 (tiga) rangkap disertai file dalam bentuk CD
d.Naskah yang dilombakan per judul dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis apa saja atau 1 (satu) segel pengaman SELSUN.
e.Naskah yang dilombakan beserta lampirannya (perhatikan ketentuian Butir 7b, 7c dan 7d) dimasukkan ke dalam amplop tertutup/dilem, cantumkan Kategori Peserta pada kanan atas permukaan amplop dan dikirimkan ke Panitia LMCR-2009 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD � Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau Sentul City, Bogor 16810 � Jawa Barat

8.Hasil lomba diumumkan 31 Oktober 2009 melalui website www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
9.Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
10.Naskah yang dilombakan menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarang

Hasil Lomba
Masing-masing kategori: Pemenang I, II, III, 5 (Lima)
Pemenang Harapan Utama, 10 (Sepuluh) Pemenang
Harapan, dan Pemenang Karya Favorit jumlahnya ditentukan kemudian (jika ada/layak)

Hadiah Untuk Pemenang
Kategori A (Pelajar SLTP)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Untuk 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori B (Pelajar SLTA)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat hadiah Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III:Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan.

Catatan: �Hadiah untuk Pemenang Karya Favorit (jika ada) memperoleh Piagam LIP ICE-SELSUN
�Semua pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang LMCR-2009
�Pajak hadiah para pemenang ditanggung oleh PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
�Informasi lebih lanjut e-mail ke: lmcr.2009@gmail.com

Ketua Panitia LMCR-2009
Dra. Naning Pranoto, MA

Keterangan lebih lanjut, klik Raya Kultura