Selasa, 14 Juli 2009

LOMBA DESAIN PRODUKSI ACARA TELEVISI & LOMBA PENULISAN SKENARIO FTV 2009 TVRI

PENDAHULUAN
Sesuai dengan surat keputusan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, LPP TVRI Nomor : 102/KPTS/DIREKSI/TVRI/2009 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana HUT ke 64 Proklamasi Kemerdekaan RI dan HUT Ke 47 TVRI tahun 2009, diselenggarakan Lomba :
Desain produksi acara televisidan
Penulisan skenario Film TV

Kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Televisi Republik Indonesia ke 47 dimaksudkan untuk meningkatkan semangat kerja dan kebersamaan, sekaligus meningkatkan kualitas program siaran sesuai dengan arah dan tujuan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002.

Dalam penyelenggaraan tahun ini diberikan kesempatan kepada karyawan TVRI dan publik, untuk berpartisipasi mengikutsertakan karyanya dalam Lomba desain produksi acara televisi dan Penulisan skenario film TV dengan kategori :
A.Lomba desain produksi :
(1) Desain produksi Dokumenter berdurasi 30 menit
(2) Desain produksi Variety Show berdurasi 90 menit
(3) Desain produksi Talks Show berdurasi 60 menit.
B. Lomba penulisan skenario film TV
(4) Skenario siap untuk diproduksi menjadi Film TV berdurasi
30 -60 menit.

MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk meningkatkan kualitas program acara yang sesuai dengan Visi dan Misi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Meningkatkan apresiasi publik terhadap hasil karya sastra dengan mengangkat hasil karya/cerpen sastrawan kondang Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia ke dalam bentuk Film TV.
Untuk mendapatkan pilihan desain produksi acara yang dapat diproduksi dan menjadi alternatif program dalam Pola Acara TVRI 2010.
Untuk mendorong kreativitas dan semangat kerja karyawan TVRI dalam menciptakan/membuat desain produksi acara televisi dan menulis skenario film TV.
Memberikan kesempatan bagi pemerhati TVRI agar berpartisipasi menyumbangkan ide, kreasi dan hasil karyanya untuk mengubah tampilan layar TVRI sekaligus pencitraan tayangan acara TVRI.
Untuk mengukur perhatian dan penilaian publik terhadap siaran TVRI melalui keikutsertaan dalam lomba.

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba desain produksi acara televisi
1.Panduan program
(Judul, waktu siar, sasaran penonton, tujuan,
kriteria program, dan jenis produksi )
2. ID program/Tune ( Dalam bentuk storyboard )
3. Desain produksi
( Element/content program, durasi per-segmen )
4. Untuk DOKUMENTER dilengkapi sinopsis, treatment.
4. Kriteria presenter dan pengisi acara
5. Stage design decoration, stage lighting
( floor plan )
6. Biaya produksi ( Estimasi )

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba penulisan skenario film TV
CERITA SKENARIO diangkat dari satu atau lebih dari satu CERPEN dari buku kumpulan cerpen berbahasa Indonesia karya sastrawan Indonesia. Tuliskan judul cerpen atau cerpen-cerpen yang dijadikan sumber skenario, nama cerpenisnya, judul buku kumpulannya, tahun terbit dan penerbitnya.
NASKAH SKENARIO ditulis lengkap sesuai format standar, l.k. 25 s/d 28 halaman, sehingga naskah tersebut siap untuk diproduksi menjadi Film TV.
Tuliskan TAFSIR/ANALISA singkat berkaitan dengan elemen ceritera: tokoh2 cerita, jalannya cerita, serta lokasi, dan kejadian terpenting dalam cerita.
Tuliskan penjelasan singkat mengapa cerita sekenario tersebut penting difilmkan untuk publik .


KRITERIA UMUM
1.Tidak menimbulkan konflik SARA
2.Tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi dan pornoaksi.
3.Mendidik dan bermanfaat bagi publik

KRITERIA PENILAIAN
1. Tema /Judul
2. Ide orisinal (DOKUMENTER : sinopsis, treatment )
3. Sasaran penyampaian
4. Kemanfaatan bagi publik
5. Tata Artistik
6. Kelayakan presenter, pengisi acara.

PERSYARATAN PESERTA LOMBA
Setiap materi lomba yang dikirim harus lengkap, sesuai kriteria/persyaratan lomba.
Materi lomba dapat dikirimkan melalui jasa pengiriman atau diantar sendiri ke alamat :
Kreativitas & Pemandu Bakat
Direktorat Program & Berita , Kantor Pusat LPP TVRI
Jl.Gerbang Pemuda, Senayan –Jakarta
( Informasi selengkapnya dapat menghubungi Tlp.021.5732408/08161919719 Yuyun Purnomo)
Materi lomba tidak pernah dibuat/diproduksi oleh pihak manapun.

Seluruh materi yang diikutkan dalam lomba, baik yang terpilih menjadi pemenang ataupun yang tidak terpilih, menjadi hak milik TVRI untuk diproduksi dan ditayangkan oleh TVRI dan atau hasil produksinya diikutkan dalam pertukaran acara TV dengan pihak luar negeri serta dapat diikut sertakan dalam Festival Internasional.
Materi lomba paling lambat diterima panitia Tanggal 25 Juli 2009

HADIAH PEMENANG
A. Lomba Desain produksi Dokumenter, Variety Showdan Talks Show
Masing-masing ;
-Juara Pertama ( Uang Tunai Rp.7.500.000;+ Piala + Piagam )
-Juara Kedua ( Uang Tunai Rp.5000.000;+Piala+Piagam )
-Juara Ketiga ( Uang Tunai Rp.2.500.000;+Piala+Piagam )
B. Lomba penulisan skenario film TV
-Lima skenario terbaik dari lima orang penulis skenario akan dinyatakan sebagai Pemenang.
-Masing-masing pemenang mendapat hadiah @ Rp.5.000.000; + Piala+Piagam.
-Hak memproduksi lima skenario pemenang lomba, menjadi Film TV adalah sepenuhnya milik TVRI.

TIM PENILAI
Juri Internal :
1. Harmens Tahir
2. Purnama Suwardi
3. Agus Wijoyono
4. Cosmalinda
Juri Independen :
1. Ikranagara
2. Gerzon Ayawaila
3. Retno Intani
4. Anis Ilahi
Info lebih lengkap, silakan klik di sini

Minggu, 28 Juni 2009

KONTES SUARA KONSUMEN

TEMA

"AKU DAN BANK"


Merupakan ekspresi, pengalaman maupun persepsi masyarakat terhadap produk dan jasa perbankan antara lain: Tabungan,Kartu Kredit, ATM, Customer Service, Kredit Tanpa Anggunan dan Produk Perbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat)



KATEGORI PESERTA
  1. Pelajar Sekolah menengah Atas di seluruh Indonesia,dan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri/ swasta di seluruh indonesia dari segala jurusan dan disiplin ilmu / berusia 16 – 25 tahun (kode: PPM)
  2. Guru/ Dosen/Wartawan media nasional atau daerah yang meliputi bidang ekonomi, keuangan, perbankan dan hukum (kode: PDW)
  3. Masyarakat Umum (kode: PMU)

Kriteria Penilaian

Isi yang dapat memberikan nilai tambah bagi industri perbankan :
• Kesesuaian materi dengan tema “Aku dan Bank”
• Kreatifitas Cara Penyajian
• Unik
• Mengandung usul/solusi
• Tidak memuat nama bank dan tidak mengandung unsur SARA & pornografi


Catatan : Semua materi yang diterima panitia menjadi hak milik Pokja Edukasi Masyarakat tentang perbankan, dan Pokja dapat menggunakan materi tsb untuk kepentingan apapun yang berkaitan untuk edukasi masyarakat.


Ketentuan Lomba Cerita Pendek
KategoriKetentuan lomba Cerita Pendek
Pelajar/MahasiswaTiga halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4
UmumEmpat halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4
Guru/Dosen, wartawan/jurnalisLima halaman, 1.5 spasi, Font: Times new roman 12, kertas A4

Ketentuan Lomba Komik/Kartun
KategoriKetentuan lomba Komik/Kartun
Pelajar/MahasiswaMaks 8 frame gambar tangan di kertas gambar A3 Alat gambar bebas B/W atau colour
Umum Dosen/Guru/Wartawan/jurnalisMaks 12 frame gambar tangan di kertas gambar A3 Alat gambar bebas B/W atau colour

Ketentuan Lomba Film Pendek/Video Singkat
KategoriKetentuan Lomba Film Pendek/Video Singkat
Semua kategoriDikirim dalam bentuk VCD atau DVD Durasi 3-5 Menit


PESERTA WAJIB :
  1. Mengirimkan materi lomba dalam bentuk hard copy atau soft copy kepada panitia dalam amplop tertutup dengan diberikan kode kategori peserta di pojok kiri atas.
  2. Mencantumkan nama, no telp/HP, alamat surat dan kode peserta pada masing-masing item
  3. Melampirkan fotocopy tanda pengenal diri (KTP, Kartu Pelajar, Kartu Mahasiswa, atau Kartu Wartawan)

Batas waktu penerimaan lomba selambat - lambatnya
31 Agustus 2009 stempel pos dan dikirim ke
PO Box 1246 JKS 12012

Info lebih lanjut klik di sini

Selasa, 23 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (4)

Hari penutupan Goelali Children’s Film Festival ’09, Sabtu 20 Juni 2009, yang lebih sepi dibandingkan pada hari pembukaan. Seorang panitia bahkan bisa mengingat saya sebagai salah seorang peserta Scriptwriting Workshop sehari sebelumnya, karena sepinya pengunjung festiaval yang menarik ini.

THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME (TOKI O KAKERU SHOJO)

Saya datang agak terlambat untuk mengikuti pemutaran film THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME, film animasi 2D Jepang karya Mamoru Hosoda. Film sudah tayang beberapa menit saat saya tiba di Aula Besar Gedung Museum Bank Mandiri di Kota.

Meski terlambat, saya tetap menikmati film animasi fantasi ini. Ceritanya mengenai Makoto Konno, gadis urakan dan cuek yang bersahabat dengan Chiaki dan seorang cowok yang saya lupa namanya. Suatu hari, setelah selamat dari sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, Makoto menemukan bahwa ia memiliki kekuatan melompati ruang waktu. Untuk gadis yang suka bermain-main sepertinya, kemampuan itu mendatangkan keuntungan. Makoto menggunakan kemampuannya untuk bersenang-senang di karaoke dan ‘kabur’ saat Chiaki menyatakan perasaan cintanya.

Keadaan mulai kacau saat Makoto menemukan bahwa sahabat-sahabatnya justru menjadi korban dari ulahnya yang seenaknya melompati ruang waktu. Makoto menyesal sekali karena saat kemampuannya melompati waktu telah habis, ia menemukan bahwa dua sahabatnya justru mengalami kecelakaan fatal dan Chiaki harus pergi meninggalkannya. Padahal, Makoto harus menyatakan perasaannya bahwa ia pun sebenarnya suka pada Chiaki….

Saya memberi nilai 4 untuk film ini. Cukup lucu, menegangkan dan membuat penasaran.

FILMMAKING WORKSHOP

Usai menonton, saya dan Anita, teman baru yang saya temui pada hari pembukaan festival, langsung berpindah ke tempat dilaksanakannya Filmmaking Workshop dengan IKJ. Sebenarnya, bukan hanya IKJ yang terlibat, melainkan juga beberapa pihak lain seperti Elang Perkasa Film dan lain-lain.

Sesi pertama workshop gratisan ini dimulai dengan menyaksikan film Viva Indonesia! Produksi SET Film. Lalu, setelah itu, Mas Sugeng, seorang Asisten Sutradara berpengalaman, menguraikan secara singkat apa dan bagaimana film itu.

Tanpa banyak bicara lagi, setelah break setengah jam untuk makan siang dan shalat, kami, peserta workshop, langsung praktek membuat sebuah film pendek berdurasi satu menitan. Peserta dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan membuat satu film pendek mulai dari konsep hingga proses pengambilan gambar.

Waduh, ternyata cukup rumit ya, membuat film itu? Dibimbing Tri Wahyu Jatmiko atau Koko, fotografer, kami yang terdiri dari Anita, Harum (peserta Scriptwriting Workshop di Instituto Italiano di Cultura juga) dan saya, mulai membuat film iklan majalah Time Out Jakarta tanpa persetujuan pihak majalah bersangkutan. Yah, namanya juga buat latihan, bukan untuk dijadikan iklan sebenarnya.

Proses pengambilan gambar berlangsung lebih dari satu jam. Pada awalnya, Mas Koko menyarankan agar kami sendiri yang memegang kamera. Tapi karena semuanya masih belum berpengalaman, akhirnya sang mentor-lah yang memegang kamera. Biar lebih cepat selesai. ^_^

Proses yang memakan waktu lama tersebut membuat saya dan Anita tak bisa menonton Morrison, film penutup Goelali Children’s Film Festival. Padahal, voucher film sudah ada di tangan.

Tapi, sudahlah. Mengikuti workshop ini lebih berharga bagi saya daripada menonton. Lebih banyak ilmu yang saya dapatkan.

Setelah proses pengambilan gambar usai, kami segera kembali ke tempat semula. Di sana, kelompok lain ternyata sudah lebih dahulu selesai. Gambar-gambar yang kami ambil lalu disunting oleh Mas Bayu.

Namun karena keterbatasan waktu, proses akhir tersebut tak dapat diselesaikan saat itu juga. Mas Sugeng dan Mas Bayu mengatakan akan mengunduh film tersebut di fb atau youtube, jika sudah selesai diedit.

Menjelang Maghrib, saya dan Anita meninggalkan Gedung Museum Bank Mandiri yang sudah sepi. Pulang dengan membawa pengalaman baru yang menyenangkan dan berkesan.

Terima kasih untuk penyelenggara Goelali Children’s Film Festival ’09 dan pihak-pihak yang ikut mendukung penyelenggaraan festival film anak pertama di Indonesia ini. Terima kasih karena sudah menambah pengalaman dan membuat hari-hari saya berkesan selama mengikuti festival ini. Semoga, tahun depan, Goelali Film Festival kembali diselenggarakan. Semoga bertemu kembali!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (3)

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya saya temukan juga Gedung Instituto Italiano di Cultura. Saya tiba pukul 11.15 pada hari Jumat, 19 Juni 2009 dengan acara pertama (bagi saya) adalah menonton LITTLE BIG SHOTS PACKAGE #3. Saya memberi nilai 4 untuk karya-karya impor ini. Sebab, dari sembilan film pendek, ada enam judul film yang saya sukai. Berikut uraian saya tentang kesembilan film pendek tersebut.

BRUNO

Karya Jurgen Haas dari Jerman dan tanpa dialog. Saya suka film ini karena menunjukkan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan cara sederhana : bermain bersama. Mengisahkan sekor lalat yang pada awalnya dianggap mengganggu oleh seekor laba-laba. Namun setelah bermain musik bersama, merekapun berteman.

KEMO SABE

Ada isu rasialisme dalam film ini. Karya Rana Kazkaz dari Amerika Serikat ini mengisahkan Yussef—keturunan Arab—yang ingin sekali bergabung menjadi koboi bersama sekelompok anak kulit putih. Meskipun Raul, anak Hispanik, menawarinya bermain menjadi Indian bersama anak-anak non-kulit putih lainnya, Yussef tetap ingin menjadi koboi. Setelah mendapatkan jins dan gesper, Yussef—atas ‘bantuan’ Raul—akhirnya dapat bergabung dengan grup koboi yang selalu memenangi pertempuran. Namun, pada akhirnya, Yussef justru merasa kurang nyaman setelah dapat mewujudkan mimpinya menjadi koboi…. Oke, saya suka film ini. Tidak ada kata lain.

CRACKS

Film karya Micah Baskir dari Amerika Serikat ini membosankan bagi saya. Ceritanya tentang seorang gadis yang berangkat ke sekolah dengan menginjak bagian-bagian jalan yang retak. Kalau seseorang memahami dan percaya takhayul orang bule bahwa menginjak jalan retak dapat membawa sial, maka barangkali, dia dapat menikmati film ini sebagai ‘tantangan’. Namun karena saya tidak percaya takhayul seperti itu, saya jadi tidak bisa menikmati film ini….

THE RED BALLOON

Lagi-lagi dari Amerika Serikat dan lagi-lagi tidak saya sukai. Karya sutradara Michael Olesen yang bagi saya kurang menarik. Ceritanya sih cukup mengharukan. Tentang seorang anak yang membeli balon merah dengan harga diskon. Pada balon tersebut, digantungkan kertas bertuliskan ucapan selamat ulang tahun untuk ibu sang anak. Setelah balon dilepaskan, film pun berakhir. Ah, hanya itu? Tidak ada penjelasan lain?

WHO SAVED THE MOON

Film anak-anak sejati dan tidak bertele-tele, karya Luke Feldman dari Australia. Tentang seorang anak yang berusaha menyelamatkan bulan yang jatuh ke dalam sumur. Intinya, saya suka film ini.

CHINESE WHISPER

Orang Jerman ternyata jago bikin film. Karya Oliver Rauch ini mengisahkan permainan membisikkan kalimat singkat secara berantai yang disebut Chinese Whisper. Ceritanya, Mariam membisikkan “Paul tidak pernah mandi” pada teman di sebelahnya. Sang teman lalu membisikkan kalimat serupa pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga seisi kelas menertawai Paul. Namun pada saat terakhir, seorang teman yang tidak setuju pada ulah Mariam, mengganti dengan kalimat lain dan membisikkannya pada Paul sebagai peserta terakhir. Paul pun tersenyum dan mengucapkan keras-keras kalimat yang ia dengar hingga keadaan berbalik : justru Mariam yang dibuat malu. Film yang lucu, sederhana dan saya sukai. Apa lagi yang harus saya katakan?

CANARY BEAT

Kalau tida punya teman, kita masih bisa bermain sendiri. Begitulah pesan film ini yang dihiasi musik menghentak ini. Karya Jurgen Haas (Jerman) ini mengisahkan seekor burung kenari yang berduet dengan bayangannya sendiri. Saya suka film ini.

A HORSE TALE

Animasi yang kaku dan cerita yang maunya melucu tapi kurang lucu membuat saya bosan dan tidak menyukai film ini. Disutradarai oleh Rick Hazell dari Sekolah Film Vancouver, Kanada. Tentang seekor kuda yang tidak mau bergerak sekalipun seorang penunggang kuda sudah berusaha keras membuatnya agar mau bergerak. Bosan….

MY GREATEST DAY EVER

Film Australia karya Mark Bellamy yang kocak dan tentunya saya sukai. Tentang ayah dan anak yang percaya takhayul dan kehilangan kaus kaki keberuntungannya justru pada saat final turnamen sepak bola yang penting. Scotty, sang anak yang menjadi tidak percaya diri, lalu berusaha agar ia tak perlu main. Namun sialnya, ia malah ditunjuk menjadi kipper, posisi yang belum pernah ia pegang sebelumnya. Keadaan menjadi genting. Saat ayah Scotty berhasil menemukan kaus kaki keberuntungan Scotty, kaus kaki itu ternyata tak mampu membalikkan situasi….

SCRIPTWRITING WORKSHOP

Begitu film—yang dirangkai dengan Little Big Shots Package #4—usai, dengan perut agak keroncongan, saya naik ke lantai dua untuk mengikuti Scriptwriting Workshop dengan Serunya Scriptwriting yang dimulai pada pukul 13.00. Barangkali karena lapar, saya jadi kurang konsentrasi. Namun, saya paksakan diri mengikuti pelatihan gratis ini.

Oleh seorang pengajar yang saya lupa namanya (maafkan saya, sensei ^_^), kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan mulai merancang sebuah sinopsis sebuah skenario film anak-anak. Sesuai dengan tema The Magic of Film, kami pun diminta menulis sinopsis film fantasi anak berdasarkan setting dan karakter utama yang telah kami tentukan.

Setelah jadi, sinopsis tersebut dinilai dan ternyata… kelompok kami dinyatakan sebagai kelompok dengan sinopsis terbaik! Kamipun diberi hadiah berupa masing-masing sebuah wafer buatan Malaysia yang entah bagaimana rasanya. Wafer itu tidak pernah saya makan, tapi saya berikan pada tante saya setibanya saya di rumah.

Seperti apa sinopsisnya? Hehehe, saya agak malu menceritakannya di sini. Namanya juga film fantasi, jadi pastilah serba ajaib. Dan itulah yang membuat saya tidak percaya diri menguraikannya di sini. Hahaha!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (2)

Sebenarnya, hari itu saya agak malas keluar rumah. Namun karena di rumah juga membosankan, siang itu, Rabu, 17 Juni 2009, saya putuskan saja untuk datang ke CCF Salemba. Sebab, di gedung Pusat Kebudayaan Prancis tersebut, sedang diadakan Goelali Children’s Film Festival ’09.

Tiba di sana, karena pemutaran film kali itu adalah Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya langsung mengambil voucher film. Sempat ditawari pula untuk membeli pin festival seharga Rp 6000,- per buah dan saya membeli satu buah saja ^_^

Meski sebelumnya saya sudah pernah menyaksikan Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya masuk saja. Sebab, pemutaran film berikutnya, Little Big Shots Package #4, baru akan dimulai pukul 17.00. Daripada bengong, saya nonton saja apa yang sudah pernah saya tonton. Toh gratis, saya tidak rugi sama sekali, ‘kan? Lagipula, saya menjadi satu dari sedikit orang yang hadir di sana untuk menyaksikan film. Mini teater setempat hanya terisi setengah dari kapasitasnya. Sebagian adalah anak-anak yang cukup berisik dan mengganggu. Barangkali, film pendek memang kurang menarik bagi mereka….

Usai pemutaran Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, hanya berselang beberapa menit, film berikutnya dimulai. Untuk rangkaian film pendek ini, saya memberi nilai 3 dari skala 1 sampai 5. Sebab, dari delapan film pendek yang ditayangkan beruntun, hanya empat yang saya sukai. Saya kira, nilai 3 cukup-lah. Bagaimana pun, Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, masih lebih saya sukai (saya memberi nilai 4) karena lebih banyak judul film yang menarik bagi saya pribadi.

Namun, kalau mau jujur, sebagai referensi untuk belajar tentang film, saya lebih memilih Little Big Shots Package #4 daripada Film Pendek Indonesia-Kawan Setia. Sebab, dari film-film luar tersebut, saya belajar bahwa untuk menyampaikan sesuatu, kita tidak perlu bertele-tele dan membuang-buang frame dan durasi film. Cukup disampaikan dengan lugas, penonton akan langsung memahami. Berbeda dengan sebagian film Indonesia yang cenderung berlama-lama dan mengulangi apa yang sudah pernah disampaikan dalam adegan sebelumnya….

Meski demikian, karena saya cinta Indonesia, maafkanlah saya jika sedikit subyektif dengan memberi nilai lebih tinggi untuk karya-karya bangsa kita. Nah, inilah uraian saya mengenai Little Big Shots Package #4.

OLI’S CHANCE

Film pembuka ini adalah salah satu dari empat film yang saya sukai. Film animasi 3D yang bercerita tentang seorang anak nakal bernama Oli yang suka bermain di rel kereta api. Sampai suatu saat, Oli bertemu dengan tiga orang anak yang pernah menjadi korban kecelakaan di rel kereta api. Pertemuan ini membuat Oli sadar akan bahaya bermain di rel kereta api. Oli bersyukur, nasibnya tidak seperti ketiga anak tersebut. Film berbahasa Jerman karya Saschka Unseld dan Johanes Weiland ini bagus sekali untuk kampanye mengurangi kecelakaan di jalur kereta api. Tidak hanya anak-anak, orang tua—termasuk mereka yang suka naik ke atap gerbong penumpang—wajib menontonnya!

BREAD

Karya Paola Morabito yang mungkin agak membingungkan bagi anak-anak. Minim dialog dan membutuhkan kejelian sendiri untuk menangkap pesan atau inti dari film ini. Film Australia ini mengisahkan gadis kecil yang harus bekerja di toko roti milik keluarganya. Akibatnya, ia tak bisa mengikuti (atau menyaksikan?) pertandingan sepak bola di sekolahnya. Padahal, sekolahnya berhasil merebut piala kemenangan. Maka, si gadis hanya bisa menendang-nendang roti, seolah sedang bermain sepak bola di toko roti milik keluarganya. Bagus sih…. Tapi menurut saya bagian pembukanya terlalu panjang. Piala kemenangan sekolah, yang membuat si gadis kecil merasa sedih, justru hanya ditampilkan sekilas. Padahal, bukankah piala itulah yang memicu konflik batin dalam diri sang gadis cilik? Akhir kata, saya tidak suka film ini….

NO BIKINI

Film Kanada karya Claudia Morgado Escanilla. Ini juga film kesukaan saya. Bercerita tentang Robin, gadis 7 tahun yang kurang suka dengan bikini yang dibelikan oleh ibunya. Akibatnya, saat sedang mengikuti kelas renang selama enam minggu, Robin memutuskan untuk mengenakan celana pendek saja. Maka, ia pun ‘berubah’ menjadi anak laki-laki. Tak disangka, semua orang percaya bahwa ia adalah anak laki-laki, termasuk guru renangnya sendiri. Robin pun menikmati masa-masa menjadi anak lelaki yang sangat menyenangkan, meskipun tidak mungkin berlangsung selamanya. Hah…. ‘transformasi seksual’ yang indah….

EARLYBIRD

Idenya sih bagus, kampanye naik sepeda agar dapat sampai di tujuan lebih cepat daripada naik mobil. Namun karya sutradara Trace Bolla dari Australia ini agak membosankan saya. Sebab, selama mengikuti film, saya jadi merasa bahwa pembuat filmnya sendiri yang mematahkan kesimpulan bahwa naik sepeda lebih cepat daripada naik mobil. Entah ini perasaan saya yang kurang peka atau pembuatnya yang terlalu senang ‘bermain-main’ dengan animasi 2D, namun saya jadi merasa bahwa perjalanan sang koki—tokoh utama film—menuju tempat kerjanya dibuat menjadi panjang, lama dan pada akhirnya, membosankan….

ANATOMMY

Katanya, Logan Cascia, sutradara film ini baru berusia 18 tahun. Kalau benar demikian, saya salut karena mampu membuat film dokumenter yang bagus dan inspiratif. Film ini mengisahkan Tommy Carroll yang buta karena kanker retina, namun merasa bahwa keadaannya yang cacat justru membuatnya lebih baik. Tommy mengaku, dia tidak bisa membayangkan, apakah ia dapat melakukan segala macam kegiatan seperti lari, main skateboard, main drum dan lain-lain sebaik saat ini (dalam keadaan buta), jika saja ia dapat melihat. Hebat!

HERZOG AND THE MONSTERS

Film Skotlandia yang membuat kepala pusing. Meskipun pemenang penghargaan, saya tidak suka karena kesulitan membaca kata-kata dan huruf-huruf yang ‘berserakan’ di layar. Kisahnya sendiri tentang Herzog yang membuat cerita dari huruf-huruf yang ia curi dari buku-buku milik neneknya. Neneknya marah da mengurung Herzog hingga Herzog tersesat di sebuah hutan yang dipenuhi dengan monster-monster yang tercipta dari rangkaian huruf. Membingungkan bagi saya….

GLOSOLL-SIGUR ROS

Film Islandia karya Stefan Arni dan Siggi Kinski. Yang saya sukai dari film ini hanyalah para pemainnya yang lucu-lucu dan pemandangan alam yang cukup indah. Selain dari itu, tidak ada. Ceritanya sendiri mengenai penabuh drum cilik yang membawa sejumlah anak untuk ‘terbang’ bebas, melayang penuh sukacita. Tanpa dialog dan membuat saya bosan.

SNAKEBITE

Film terbaik biasanya ditempatkan paling akhir. Seperti itulah Snakebite, film Skotlandia karya Matt Pinder. Kisahnya mengenai dua anak gendut-lucu yang bersahabat, Sammy dan David. Saat sedang bermain di sungai, Sammy digigit oleh seekor binatang. David yakin, binatang itu adalah ular dan merasa bahwa Sammy sebentar lagi akan mati. Dua sahabat itu menjadi sedih. Sammy lalu membayangkan, apa yang terjadi saat ia mati nanti. Ia membayangkan keluarganya berduka pada saat penguburannya dan bagaimana kawan-kawannya mengenangnya sebagai anak yang baik dan istimewa. Sammy semakin berduka saat pulang ke rumah hingga orang tuanya pun menggunakan sedikit muslihat untuk mengatasi kesedihan hati Sammy. Film yang sederhana dan sangat cocok untuk anak-anak. Dan yang pasti, sepanjang film, saya tak henti menahan tawa geli melihat tingkah Sammy yang polos dan menggemaskan.

Usai menonton, saya segera pulang. Gedung CCF semakin sepi saja….

Minggu, 21 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (1)

Dari Depok pada Minggu pagi 14 Juni 2009, saya naik kereta dan turun di Stasiun Jakarta Kota (Beos). Lumayan juga perjuangan yang harus saya lalui, harus berdiri selama hampir satu jam sambil menjaga tas dan HP dari ancaman copet yang senantiasa mengintai.

Tiba di Beos, saya cepat-cepat menyeberang, memasuki Museum Bank Mandiri dan langsung menemukan loket ticket box dan informasi. Acara yang saya tuju pada hari itu adalah mengikuti sesi forum diskusi bertema "Film & Anak-anak" yang menghadirkan pembicara Chicha Koeswoyo (Mantan Artis Cilik & Board Advisor Goelali Foundation), Mutiara Padmosantjojo, S. PSi M.Sc (Spesialis Pendidikan Anak Usia Dini) dan Ursula Tumiwa (Board advisory Memmber & Koordinator Festival) dengan moderator David Chalik (Artis & Presenter).

Acara yang sedianya dimulai pada pukul 12.00 tersebut molor hingga setengah jam. David datang agak terlambat dan sempat bertanya pada saya "Mbak, di sini tempat forum diskusi-nya, ya?" Saya mengangguk saja meski heran, mengapa dia bertanya pada saya padahal saya bukan panitia sementara di sekitar itu jelas-jelas ada panitia festival berkeliaran. Atau, apakah karena saat itu saya memakai t-shirt putih, "seragam kebesaran" panitia?

Ah, sudahlah. Setelah menunggu peserta diskusi yang jumlahnya kurang dari setengah kapasitas kursi yang tersedia, diskusi pun dimulai. Bagi saya, diskusi itu agak membosankan dan kurang menambah wawasan. Sebab, mirip obrolan arisan ibu-ibu. Seorang ibu seksi (kalau tidak salah Sari Koeswoyo), mengusulkan agar kaum ibu membuat petisi pada produser agar membuat film anak dan seterusnya. Namun, intinya para pembicara prihatin atas kurangnya film anak-anak. Kalau pun ada, adalah film branding seperti Liburan Seru! yang disponsori sebuah merek susu. Chicha juga curhat tentang pengalamannya menonton Laskar Pelangi bersama anak-anaknya. Anak lelakinya mengatakan bahwa film tersebut bagus, sementara anak perempuannya menyebut bahwa film tersebut adalah film paling buruk. Saat itu Chicha langsung shock dan akhirnya menonton lagi Laskar Pelangi hanya berdua dengan anak perempuannya tersebut. Setelah didampingi dan diberi penjelasan, barulah sang anak memahami pesan dari film tersebut.

Usai acara, saya keluar dari ruang diskusi nyaris tanpa kesan. Bersama Anita, teman baru yang juga mengikuti program forum diskusi tersebut, kami makan siang di kantin museum. Setelah itu, kembali untuk mengikuti forum diskusi berikutnya yang bertema "Industri Film Anak-anak (Indonesia)" di ruangan yang sama. Lagi-lagi, acara molor lebih dari setengah jam., atau mungkin sampai satu jam. Anita sampai gelisah. Sebab, setelah acara itu, ia berniat menonton "Film Pendek Indonesia-Kawan Setia" pada pukul 15.30. Jika diskusi terlambat dimulai, bisa jadi dia akan terlambat pula untuk menonton film.

Akhirnya acara pun dimulai. Masih dengan David Chalik sebagai moderator, diskusi ini menampilkan pembicara antara lain Jujur Prananto (Penulis Skenario “Sherina), Arturo GP (Sutradara & Editor Film) dan Drs. Zamris Habib (Pengamat Pendidikan & Komunikasi). Dengan materi yang disiapkan lebih matang dan konsep yang mirip kuliah umum, saya merasa bahwa diskusi yang diisi oleh praktisi berpengalaman ini akan lebih menarik daripada diskusi sebelumnya. Anita juga menjadi lebih bersemangat mengikutinya.

Sayang, Anita harus meninggalkan forum yang mulai menghangat itu karena ingin menonton film. Saya pun mengikutinya meskipun belum memegang tiket atau voucher. Sebab, menurut panitia, untuk film tersebut sudah fully booked dan nama saya masuk daftar tunggu. Meski demikian, saya tetap berniat nonton. Siapa tahu, ada penonton yang membatalkan niatnya menonton dan kursi pun diberikan pada saya.

Akhirnya saya masuk juga ke mini teater untuk menonton karena pada saat-saat terakhir, jumlah penonton masih bisa dihitung dengan jari. Sepi.... Membuat saya heran dan tercengang. Apakah karena yang akan tayang adalah film pendek yang mungkin kurang dikenal, maka jumlah penonton menjadi sedemikian sedikitnya?

Sudahlah, yang penting saya bisa menonton, bukan? Lebih penting lagi, saya jadi tahu, bahwa sebenarnya pembuat film Indonesia adalah orang-orang yang profesional dan tentu saja mampu menghasilkan karya bermutu baik. Rangkaian 6 film pendek tersebut adalah sebagai berikut.

CHENG CHENG PO
Film karya BW Purbanegara ini adalah film bertema "Bhinneka Tunggal Ika". Filmnya sendiri berkisah tentang Markus, Tiara dan Tahir yang ingin membantu Han, sahabat mereka yang kesulitan membayar SPP (kalau tidak salah, anak SD zaman sekarang tidak lagi bayar SPP, deh...). Padahal, bisnis bakpao orang tua Han sedang berada dalama kesulitan karena kurang laku. Akhirnya, bermodalkan barang-barang 'pinjaman' yang diambil tanpa seizin pemiliknya (orang tua mereka sendiri!), anak-anak itu membuat barongsai dan menari-nari di depan lapak orang tua Han. Singkat kata, aksi mereka yang dibantu modin mushalla setempat, menarik perhatian orang untuk membeli bakpao. Han pun dapat membayar SPP-nya. Saya agak bingung dengan film ini. Di sisi lain mengajarkan kekuatan persahabatan dan ke-bhinneka-an, namun di sisi lain juga mengajarkan agar anak boleh saja 'meminjam tanpa izin' barang milik orang lain--sekalipun milik orang tua sendiri--selama akan digunakan untuk kebaikan. Yah... besok-besok, Robin Hood akan menjadi pahlawan yang nyata, bukan lagi sekadar cerita rakyat yang sulit dibuktikan kebenarannya.

AKU, KORAN DAN DVD
Karya Millaty Ismail ini minim dialog. Ceritanya tentang penjual koran bernama Abdullah yang menghabiskan uang hasil kerjanya untuk membeli DVD bajakan video klip Peterpan dan 'menyogok' penjual DVD untuk memutarkannya. Sepintas mirip pemborosan. Tapi, setiap orang berhak menggunakan uangnya dengan cara yang ia sukai, bukan?

JALI JONI
Karya Isha Hening ini benar-benar film untuk anak. Ada pesan yang mengena bahwa kita jangan mengabaikan teman atau saudara kita. Kisahnya sendiri mengenai Jali, yang diabaikan oleh teman sekolah dan kakaknya, Maul. Karena kecewa, Jali bersahabat dengan seekor kambing yang ia beri nama Joni. Persahabatan itu membuat Jali tidak mau lagi makan sate kambing, lebih suka sayuran dan pernah mencuri susu adik bayinya untuk diberikan pada Joni. Meskipun pada akhirnya Jali harus berpisah dengan Joni, film berakhir dengan manis. Sebab, Maul akhirnya sadar bahwa ia tidak boleh mengabaikan adiknya. Film ini, meskipun alurnya agak lambat, namun tema persahabatan yang sederhana membuatnya lebih menarik daripada tema 'besar' seperti bhinneka tunggal ika.

AKU SAYANG MARKUS
Karya anak IKJ dengan sutradara Danial Rifki. Film ini bagus dan sempat membuat Anita menitikkan air mata sementara saya sendiri tidak habis pikir dengan kontradiksi yang ditampilkan walaupun hanya sekilas. Ceritanya tentang dua sahabat, Ajeng dan Markus. Markus yang sakit AIDS, dikucilkan dari pergaulan dan dilarang bersekolah. Hanya Ajeng yang tetap mau berteman dengannya, bahkan mengajari Markus berbagai pelajaran sekolah selama Markus tidak bersekolah. Markus berjanji akan mengajak Ajeng naik bianglala, namun tidak sempat ditepati karena Markus akhirnya meninggal dunia. Nah, di sinilah yang jadi pertanyaan saya. Dalam sebuah adegan, ditunjukkan bagaimana Markus dengan teratur meminum obat untuk menjaga kesehatannya. Namun dalam adegan lain, Markus dan Ajeng, tampak sedang nongkrong di atap rumah pada malam hari. Akibatnya, Markus baruk-batuk, sakit. Kita tahu, AIDS adalah penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Namun mengapa Markus dibiarkan bermain-main di atap rumah yang tentu saja tidak baik bagi kesehatannya? Lagipula, apa alasannya sampai Ajeng dan Markus harus naik ke atap segala selain untuk mengobrol? Untuk melihat bintang seolah-olah sudah berada di atas bianglala atau apa? Ada yang bisa menjawab?

TROPHY BUFFALO
Film karya Vanni Jamin ini adalah satu dari dua film terbaik dalam rangkaian film pendek ini. Berkisah tentang permusuhan dua keluarga di Sumatera Barat yang mempertaruhkan harga diri melalui adu kerbau. Anak-anak keluarga tersebut kemudian berupaya mendamaikan keluarga dan berusaha menyudahi adu kerbau yang menyiksa binatang tersebut. Meski heran bagaimana Pandi, salah seorang tokoh utama cerita, bisa lolos dari kamar saat dikurung oleh ayahnya, saya jadi heran, mengapa cerita ini tidak dianggak menjadi film panjang saja? Cerita sebagus ini hanya dapat dinikmati dalam waktu singkat, rasanya sayang....

HARAP TENANG, ADA UJIAN!
Film terbaik yang memang pantas diletakkan sebagai film penutup. Karya Ifa Isfansyah (Garuda di Dadaku) ini memang kocak. KIsahnya mengenai anak Yogya yang polos dan sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir. Saat gempa Yogya terjadi pada 2006, sang anak sedang belajar sejarah, khususnya tentang masa penjajahan Jepang. Menemukan rumahnya hancur dan ayahnya tewas, sang anak mengira dua orang sukarelawan Jepang sebagai pelakunya. Ia mengira Jepang hendak kembali menjajah Indonesia dan bertekad mengusir Jepang. Saya tertawa sampai mengeluarkan air mata saat menonton film ini. Film yang sangat bagus dan membuat saya jadi ingin menonton karya Ifa Isfansyah yang lain!

Saya kembali ke Depok saat sore menjelang. Meski pada awal kedatangan sempat bete karena agak kecewa dengan forum diskusi-nya, namun Kawan Setia membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ternyata, pembuat film kita sebenarnya sudah jago-jago, kok.

Senin, 08 Juni 2009

LA-LIGHTS INDIE MOVIE 2009 WORKSHOP FILM

a. Persyaratan dan peraturan:

• Pendaftar adalah berkewarganegaraan Indonesia dan berusia minimal 18 – 30 tahun.

• Jika pernah mendapatkan penghargaan di festival Film tingkat nasional atau international, harap dicatumkan dalam formulir.

• Mendaftar diri sebagai perorangan dan tidak mengatasnamakan kelompok.

• Mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan yang ada dan mengembalikan formulir ke alamat yg sudah ditentukan.

• Tidak sedang mempunyai perjanjian atau kontrak dengan perusahaan film manapun.*

• Setiap pendaftar hanya berhak mengisi dan mengembalikan satu formulir pendaftaran.

• Pihak penyelenggara berhak mengunakan hasil karya peserta untuk kepentingan program LA Lights di semua media.*

• Konten cerita film tidak mengandung unsur SARA, Pornografi dan mendiskreditkan pihak-pihak tertentu.*

• Unsur-unsur yang ada dalam film adalah original dan tidak merupakan jiplakan dari karya orang lain tanpa ijin tertulis dari yang bersangkutan. Apabila ada tuntutan hukum dari pihak yang lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab peserta.*

• Batas akhir pengembalian formulir adalah 1 minggu sebelum workshop dimulai di setiap kota.

• Peserta yang telah dinyatakan lolos dari tahap Meet The Producers wajib menandatangani kontrak untuk mengikuti keseluruhan kegiatan sesuai dengan kurikulum. Mengenai waktu dan tempat akan disesuaikan di masing-masing kota.

*KET: terutama bagi teman-teman yang ingin mengikuti kompetisi sinopsis film cerita pendek -on the spot- pada saat workshop (untuk di produksi dalam program Film Gue Cara Gue), dan lolos masuk ke Day 2 (Meet the producers) - presentasi ide-

b. Prosedur Pendaftaran :

• Pendaftar mengambil pendaftaran di sekretariat yang telah ditentukan dan atau mendownload pendaftaran di website ini, enjoyindiemovie atau di la-lightsindiemovie

• Formulir pendaftaran boleh difotokopi

• Pendaftar mengisi formulir pendaftaran dengan benar, mengisi pilihan program yang di inginkan dan mengembalikan secara langsung ke sekretariat atau kirim via pos ke alamat yang telah ditentukan atau dikirim melalui email di alamat email sesuai dengan sekretariat di tiap kota.


• Pendaftar membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 10.000,- dpt di transfer juga. Lihat keterangan di akhir pengumuman ini.

• Pendaftar WAJIB menyertakan fotokopi KTP / SIM/ KTM/Kartu Pelajar, foto berwarna (bebas, terbaru) ukuran 2R.

• Dari seluruh pendaftar, peserta akan diseleksi sejumlah kapasitas tempat pelaksanaan workshop berdasarkan formulir pendaftaran.

• Peserta yang terpilih wajib melakukan daftar ulang di sekretariat masing masing kota pada waktu yang telah di tentukan.

• Workshop diselenggarakan pada hari pertama. Pada tahap ini akan diselenggarakan mekanisme penyaringan kembali yang menentukan peserta yang berhak maju pada tahap Meet The Producers pada hari ke dua.

.

SEKRETARIAT JAKARTA

SET FILM WORKSHOP
Jl. Sinabung No.4B, Pakubuwono Keb.baru
jakarta Selatan 12120
Email : la.indiemovie@gmail.com
Telp. 021 72799227 / 72799226
fax : 021 7229638
Cp: Fira / Anunk / Kenya

----------------------------------------------
JADWAL WORKSHOP

JAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
4 & 5 Juli 2009
@ PPHUI Kuningan, Jakarta


Panitia: SET FILM WORKSHOP
CP : Anunk/Kenya 0815 10594899 / 021 99323279


YOGYAKARTA:
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
11 & 12 Juli 2009
@ Auditorium RRI Gejayan

Panitia:
CP: Ratna 0274 6572017
email : indiemovie_jogja@yahoo.com

SURABAYA
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
18 & 19 Juli 2009
@ Gedung Telkom Ketintang


Panitia: Otak otak Event & Communication
CP: 031 7314305 (office) / Edy, 031 77194638

BANDUNG
WORKSHOP & MEET THE PRODUCERS
25 & 26 Juli 2009
@ Dago Tea House

Panitia: Sembilan Matahari
CP: Manda, 022 91690093

Biaya pendaftaran Rp 10.000
Diserahkan pada saat pengembalian Formulir*

* cara pembayaran tergantung kebijakan masing2 panitia / EO Lokal

Untuk mereka yang berdomisili jauh dari SET Film (Jakarta), pembayaran dapat dilakukan via transfer.
CARA nya..:
* jgn lupa kirim formulir by email ato pos.. formulir bisa di download di WEB ini..-coba buka blog nya ya-
* Transfer biaya Pendaftaran Rp 10.000 ke BCA cabang Mayestik a/n KARJONO. 2281410611
* Bukti Transfer WAJIB di scan & di email ke la.indiemovie@gmail.com
*JGN LUPA untuk konfirmasi ke panitia by sms ato telpon ato email jika sudah melakukan transfer.

Rabu, 03 Juni 2009

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009)

Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
Kembali menyelenggarakan:
LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009) Memperebutkan:
LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

�Peserta: Terdiri dari 3 (tiga) kategori : Pelajar SLTP, SLTA dan Mahasiswa/Guru/Umum

Syarat-Syarat Lomba:
1.Lomba terbuka untuk Pelajar SLTP (Kategori A), Pelajar SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau yang sedang studi/dinas di luar negeri
2.Lomba dibuka tanggal 10 Mei 2009 dan ditutup tanggal 3 Oktober 2009
3.Tema cerita: Dunia remaja dan segala aspeknya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, penderitaan, maupun kekecewaan)
4.Judul bebas, tetapi mengacu pada Butir 3
5.Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul
6.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif serta bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasi

7.Ketentuan naskah:
a.Ditulis di atas kertas ukuran kuarto (A-4), ditik berjarak 1,5 spasi, font 12 (huruf Times New Roman), margin kiri kanan rata (justified) maksimal 5Cm
b.Panjang naskah antara 6 � 10 halaman, disertai: sinopsis, biodata dan foto pengarang, foto copy indentitas (pilih salah satu: KTP/Paspor/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa) yang masih berlaku
c.Naskah yang dilombakan dicetak/diprint-out masing-masing judul 3 (tiga) rangkap disertai file dalam bentuk CD
d.Naskah yang dilombakan per judul dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis apa saja atau 1 (satu) segel pengaman SELSUN.
e.Naskah yang dilombakan beserta lampirannya (perhatikan ketentuian Butir 7b, 7c dan 7d) dimasukkan ke dalam amplop tertutup/dilem, cantumkan Kategori Peserta pada kanan atas permukaan amplop dan dikirimkan ke Panitia LMCR-2009 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD � Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau Sentul City, Bogor 16810 � Jawa Barat

8.Hasil lomba diumumkan 31 Oktober 2009 melalui website www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
9.Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
10.Naskah yang dilombakan menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarang

Hasil Lomba
Masing-masing kategori: Pemenang I, II, III, 5 (Lima)
Pemenang Harapan Utama, 10 (Sepuluh) Pemenang
Harapan, dan Pemenang Karya Favorit jumlahnya ditentukan kemudian (jika ada/layak)

Hadiah Untuk Pemenang
Kategori A (Pelajar SLTP)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Untuk 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori B (Pelajar SLTA)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat hadiah Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III:Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan.

Catatan: �Hadiah untuk Pemenang Karya Favorit (jika ada) memperoleh Piagam LIP ICE-SELSUN
�Semua pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang LMCR-2009
�Pajak hadiah para pemenang ditanggung oleh PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
�Informasi lebih lanjut e-mail ke: lmcr.2009@gmail.com

Ketua Panitia LMCR-2009
Dra. Naning Pranoto, MA

Keterangan lebih lanjut, klik Raya Kultura

Senin, 25 Mei 2009

LOMBA FILM PENDEK DAN FOTOGRAFI TENTANG DAN OLEH (SISWA) MADRASAH

Lomba Fotografi

Tema:
Dinamika Madrasah

Ketentuan Lomba:
1. Dibuka untuk umum.
2. Boleh mengirim lebih dari satu foto (setiap foto yang dikirim diberi judul
beserta keterangan singkat tentang obyek foto).
3. Mengirim hasil cetak(hard copy) minimal 3 lembar untuk tiap foto yang
dikirim, dengan ukuran 4R, disertai file soft copy (hasil scan untuk foto yang
berbasis non-digital)
4. Karya sediri dan dikirim paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post).
5. Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP, telp rumah/kantor dan
email.
6. Semua Foto yang dikirim menjadi milik penyelenggara.
7. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan
hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009
yang akan datang.
8. Alamat:
Panitia Lomba Foto Madrasah
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama
Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta
Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523
Email: fotofilmmadrasah@yahoo.com

Kriteria Foto:
1. Menginformasikan seputar kegiatan dunia pendidikan madrasah baik intra
maupun ekstra, termasuk stakeholder madrasah secara umum.
2. Memenuhi syarat-syarat teknis forografi yang baik seperti sudut pengembilan
dll.
3. Memiliki fokus cerita, informasi, sudut pengambilan, kesan, pesan dan misi
yang mudah dipahami.
4. Faktual, jujur, memiliki momentum, sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya.


Hadiah
Juara 1 Rp. 10.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 2 Rp. 7.500.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 3 Rp. 5.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara harapan Rp. 3.000.000,00, dan plakat-sertifikat.

Pengumuman dapat juga dilihat di www.depag.go.id

Lomba Film Pendek

Tema:
Kepedulian, Kasih Sayang dan Perjuangan

Ketentuan Umum:
1. Peserta adalah siswa/siswi madrasah.
2. Mengirim hasil karya dalam format dalam 2 (dua) format: hard copy dalam
bentuk miniDV atau DVD, dan soft copy dalam bentuk file .MOV (Quicktime)
atau .AVI. DVD harus dalam format NTSC.
3. Durasi film adalah 11 menit, dapat dibuat dengan selular (handphone) atau
handycame.
4. Jenis film bersifat bebas, dapat berupa dokumenter, fiksi atau non-fiksi, liveaction
maupun animasi.
5. Peserta dapat mengirim lebih dari satu film
6. Setiap film diberi judul dan disertai synopsis (maksimal 1000 karakter)
7. Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP dan telp rumah/kantor.
8. Karya sediri dan dikirm paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post).
9. Semua salinan (copy) film yang dikirim menjadi milik penyelenggara.
10. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan
hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009
yang akan datang.
11. Alamat:
Panitia Lomba Film Pendek
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama
Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta
Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523
Email: fotofilmmadrasah@yahoo.com

Kriterian Film Pendek:
1. Mengankat isu seputar dunia pendidikan madrasah (seperti pendidik,
tenaga kepandidikan, siswa, orang tua atau masyarakat sekitar, dll).
2. Tema dan alur film menggugah dan inspiratif.
3. Memiliki fokus cerita, informasi, kesan, pesan dan misi yang mudah dipahami.
4. Tidak melanggar nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Hadiah
Juara 1 Rp. 10.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 2 Rp. 7.500.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 3 Rp. 5.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara harapan Rp. 3.000.000,00, dan plakat-sertifikat.

Pengumuman dapat juga dilihat di www.depag.go.id

Rabu, 20 Mei 2009

TEORI POINTERS & AKESELERASI

Oleh : Rudi Utomo

Belajar menulis skenario bisa melalui buku, pelatihan atau sekolah khusus di bidang tersebut. Namun tidak semua orang bisa menangkap dengan cepat materi-materi yang berkaitan dengan penulisan skenario. Masalahnya, menulis skenario memang tidak mudah. Butuh penghayatan, ketekunan dan kenakalan imaginer. Kami sendiri saja yang sudah bertahun-tahun menulis masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu dalam kesempatan ini, kami ingin memberikan sebuah pilihan belajar. Yaitu belajar melalui pengalaman dalam belajar menulis skenario itu sendiri. Pengalaman mendengar, mencoba dan kemudian bereksperiment membuat cara sendiri, sehingga menulis skenario itu menjadi mudah.

Ada beberapa eksperiment dan pengalaman yang akan kami sampaikan satu persatu dan berkala. Untuk kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan dua teori lebih dahulu sebagai pembukaan forum ini.

Yang pertama adalah “Teori Pointers”

Biasanya, cara yang paling mudah dan biasa ditempuh oleh seseorang dalam menulis skenario adalah menentukan tema. Tema menarik yang telah didapat itu dijabarkan dalam sebuah ringkasan cerita atau sinopsis. Dari sini bisa diketahui para tokohnya dan jumlah pemain yang diperlukan.

Setelah tema dan sinopsis, langkah selanjutnya adalah menentukan karakter tokoh-tokohnya agar dalam penulisan skenario para tokoh tidak berubah wujud, baik dalam dialog maupun visualisasi emosi karakter.

Setelah itu, sinopsis yang sudah jadi dan dianggap matang, dijabarkan lagi ke dalam bentuk treatment : semacam sinosis yang lebih panjang yang memuat detail pengadeganan serta perkembangan konflik yang ingin diurai dan diungkapkan.

Yang demikian ini adalah tahapan menulis yang normal sesuai dengan disiplin ilmunya. Namun dalam pengalaman belajar, kami bisa membuatnya lebih sederhana lagi. Yaitu dengan mengurai sinopsis yang sudah dibuat ke dalam bentuk pointers.

Urutan cerita dibuat menjadi point demi point. Point satu bicara apa, point dua bicara apa, demikian seterusnya. Nah, point demi point sesuai jalan cerita yang ingin ditulis inilah yang menjadi acuan dan panduan dalam menulis skenario.

Panduan ini tidak lantas menjadi acuan paten. Dalam tahap penulisan skenario, adegan demi adegan pointers yang telah dibuat sering berkembang, atau bisa juga menyempit, atau mungkin juga berubah, sesuai dengan lintasan ide-ide di dalam pikiran kita. Sayangnya, dengan cara ini sinopsis yang telah kita buat akan cenderung banyak berubah. Namun untuk percepatan penulisan, cara ini sangat efisien.

Kedua adalah “Teori Akselerasi”

Satu kata yang sering diulang-ulang dalam saya belajar sambil bekerja menulis skenario ini adalah “akselerasi”. Akselerasi di sini tidak dalam pengertian percepatan, baik waktu, daya gerak, mesin, atau percepatan lainnya. Akselerasi yang dibicarakan di sini adalah semacam feeling, rasa, kemampuan membaca, menilai, mengevaluasi, mengkritik dari naskah yang baru saja ditulis. Atau bisa juga disebut ketajaman dalam membuat management konflik dari cerita itu sendiri.

Saya sering dicerahkan, bahwa akselerasi itu seperti seseorang yang memarkir mobil di pinggir got dengan setengah ban berada di bibir got dan setengahnya lagi berada di bibir jalan, karena jalanan itu sempit. Akselerasi memang tidak ada teorinya, tetapi akselerasi hanya didapat berdasarkan pengalaman dan feeling atau perasaan.

Akselerasi penting dimiliki bagi seorang penulis untuk mengetahui sejauh mana cerita yang ditulisnya benar secara sinematografi, ceritanya logis, konfliknya padat, dan karakter tokoh-tokohnya konsisten, serta akhirnya mencapai sasaran berupa jalinan cerita yang diinginkan. Karena itu, untuk mencapai akselerasi tinggi, seorang penulis wajib mempunyai perasaan yang sensitif, sehingga cerita yang ditulisnyapun menjadi baik dan menarik.

Seseorang yang sensitif, pasti akan selalu berfikir tentang perasaan orang lain. Dan bukan berfikir tentang perasaannya sendiri. Artinya, ia akan selalu berfikir dari sudut pandang orang lain. Karena itu jika ia menjadi penulis, maka sudah pasti ia akan merangkum berbagai sudut pandang sehingga sebuah cerita menjadi kuat dan logis.

Demikianlah sementara ini yang bisa kami bagi kepada anda. Mudah-mudahan pada kesempatan berikut, kami bisa melanjutkan dalam point-point pengalaman yang lebih eksperimental. Terima kasih. (Rudi Utomo)

BERSAMBUNG

Diambil dari Dapur Cerita

Minggu, 26 April 2009

LA-LIGHTS INDIE MOVIE SHORT STORY COMPETITION

"Mau cerita lo di film-in ?
Ikutin Short Story Competition dan dapetin kesempatan bikin script
bareng script writter terkenal dalam program MEET THE EXPERTS yaitu:
Salman Aristo (writer Laskar Pelangi; Ayat-ayat cinta; Jomblo; Alexandria dll…) dan
Titien Wattimena (writer Mengejar Matahari; Bukan Bintang Biasa; LOVE; the Butterfly dll…)

Empat cerita terbaik akan difilmkan dalam bentuk film pendek berdurasi maksimal 15 menit dalam program La.Lights Indie Movie 2009."

Persyaratan pesertanya sebagai berikut:

  • Terbuka untuk umum
  • Peserta minimal umur 18thn
  • Kumpulkan short story maksimal 2 halaman folio, 1,5 spasi
  • Lampirkan dan isi formulir yang dapat didownload lewat www.la-lights.com, atau lewat email panitia la.indiemovie@gmail.com
  • Kriteria Cerita:
    • Bertema dunia anak muda
    • Tidak menampilkan tokoh dibawah 18th
    • Tidak mengandung unsur SARA dan pornografi
    • Cerita harus original bukan jiplakan
    • Belum pernah dipublish dalam bentuk apapun
    • Genre cerita : komedi, romance, suspense, atau thriller
  • Pengumpulan karya mulai 1 April 2009
  • Deadline pengiriman 1 Juni 2009
  • Setiap peserta tidak boleh mengirimkan lebih dari satu cerita
  • Empat cerita terbaik akan diumumkan Juli 2009 dalam Indie Movie
  • Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
  • Kirim Ke sekretariat :

    SET Film
    Jl. Sinabung No.4B, Kebayoran Baru
    Jakarta Selatan - 12120
    Telp. 021 727 99227/727 99226
    HP Panitia 0815 1059 4899
    Contact Person: Fira/Anunk
Info lebih lanjut, klik : LA-LIGHTS INDIE MOVIE SHORT STORY COMPETITION

Rabu, 22 April 2009

KAKAK BARU

“Indah, ini Kak Irfan. Mulai sekarang, dia akan tinggal di sini untuk sementara waktu sampai keluarganya dari luar pulau datang menjemputnya,” kata Ayah malam itu saat membawa seorang pemuda berusia sekitar delapan belas tahun ke rumah Indah.

Waktu itu Indah diam saja karena tak berani membantah ayahnya. Seandainya ia berani, tentulah ia akan menolak kehadiran Kak Irfan di rumah ini. Ia takut pada pemuda itu meski selama ini Kak Irfan selalu bersikap baik padanya.

Kak Irfan memang bukan keluarga Indah. Dia hanya seorang bekas narapidana yang mendapatkan keringanan hukuman karena berkelakuan baik. Ayah yang bekerja di tempatnya menjalani hukuman merasa kasihan karena di kota ini Kak Irfan tak punya sanak keluarga, sehingga mengajaknya tinggal bersama sampai ada kabar dari orang tua Kak Irfan yang tinggal di seberang lautan. Maklum, selama Kak Irfan dihukum di penjara, orang tuanya tak pernah membesuk. Barangkali malu, punya anak yang jahat seperti Kak Irfan.

Karena Kak Irfan pernah melakukan tindak kejahatan itulah sehingga Indah merasa was-was bahkan takut pada pemuda itu. Apalagi, selain Ayah, Indah hanya tinggal bertiga dengan adiknya yang masih TK nol besar, Adam. Ibu mereka sudah meninggal dua tahun lalu karena sakit.

Kalau Indah menolak dekat-dekat dengan Kak Irfan, Adam justru sebaliknya. Keberadaan Kak Irfan di rumah itu membuatnya senang. Ia jadi punya teman main, soalnya Kak Irfan sendiri tak merasa sungkan menemaninya bermain robot-robotan. Bahkan pemuda itu pernah membuatkan Adam layang-layang.

Karena itu, Indah hanya bisa mengawasi dari kejauhan jika Adam tengah bersama Kak Irfan. Meski ia khawatir, ia juga tak tega melarang Adam bermain bersama bekas narapidana itu. Akibatnya, ia hanya dapat mengungkapkan kekhawatirannya itu pada dua sahabatnya, Pipit dan Tati.

“Kenapa tak kau katakan saja pada ayahmu bahwa kau takut padanya?” usul Tati setelah mendengar cerita Indah.

“Mau bagaimana lagi, ayahku sangat percaya padanya. Lagipula, selama ini Kak Irfan sangat sopan dan rajin bekerja. Pembantu yang datang setiap hari ke rumah juga bilang, Kak Irfan itu rajin dan selalu membantunya. Kalau semua orang menyenanginya, apa hendak dikata,” keluh Indah.

“Atau begini saja,” sela Pipit, “kita uji saja dia. Kalau dia memang berniat tak baik, dia pasti tidak akan lulus ujian ini.”

“Ujian apa?” Tanya Tati dan Indah bingung.

“Kita uji saja kejujurannya. Dia ‘kan pernah mencuri. Jadi uji saja kejujurannya,” jawab Pipit mantap.

Indah dan Pipit saling memandang, kemudian berpaling pada Pipit lagi. Tampaknya mereka tertarik pada usul Pipit dan ingin mengetahui lebih jauh.

***

Hari Minggu pukul sembilan tepat, Irfan menyusuri jalan di kompleks tempat Indah dan Pipit tinggal. Ia hendak ke toko membeli rokok untuk Ayah. Namun di tengah jalan ia menemukan sebuah dompet kulit berisi uang cukup banyak. Dompet itu rupanya milik ayah Pipit yang rumahnya tak jauh dari sana. Sejenak pemuda itu tertegun dan tergoda demi melihat lembaran uang seratusan ribu di dalamnya. Syukurlah ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengembalikannya pada yang berhak.

Dari balik sebuah pohon tempatnya mengintip gerak-gerik Irfan, Indah, Tati dan Pipit muncul. Merekalah yang dengan sengaja meletakkan dompet itu di sana agar ditemukan oleh Irfan. Dengan mengendap-endap, ketiga siswi SD itu mengikuti Irfan yang hendak singgah di rumah Pipit terlebih dulu. Namun, alangkah terkejutnya mereka saat mendengar ayah Pipit membentak Irfan di ambang pintu pagar.

“Kamu jangan bohong, ya? Isi dompet ini kurang dua ratus ribu! Jangan pura-pura jujur. Kamu ‘kan yang mencopet dompet saya?” tuduh ayah Pipit.

Kak Irfan menyangkalnya. Keributan di pagi hari itu mengundang perhatian para tetangga. Setelah mengetahui duduk perkaranya, mereka malah ikut menuduh Kak Irfan mencuri. Karena Kak Irfan menolak untuk mengaku, para tetangga yang marah kemudian memukuli pemuda itu ramai-ramai. Kak Irfan yang sendirian itu tentu saja tak berkutik dikeroyok seperti itu. Ia menghiba-hiba memohon belas kasihan pada orang-orang yang marah itu.

“Ampun…. Ampun….” rintihnya dengan tubuh babak belur.

“Kenapa jadi begini?” kata Pipit panik. Rencana mereka menguji kejujuran pemuda itu malah berakhir tidak mengenakkan bagi Kak Irfan. Namun, untuk mengakui pada ayah Pipit tentang rencana tersebut, mereka juga takut.

“Aku panggil ayahku dulu,” kata Indah sambil berlari menuju rumahnya. Ia yakin, hanya ayahnya yang dapat menolong Kak Irfan dari amukan orang-orang yang main hakim sendiri itu.

Saat Indah dan ayahnya tiba di depan rumah Pipit, Kak Irfan sudah terkapar tak sadarkan diri akibat pukulan-pukulan yang diterimanya. Sementara itu, terjadi pertengkaran kecil antara ayah dan ibu Pipit yang membuat orang-orang menghentikan pengeroyokan itu.

“Bapak ini bagaimana? ‘Kan semalam Bapak yang memberi Ibu uang dua ratus ribu. Masakan Bapak lupa?” cetus ibu Pipit.

Ayah Pipit dan orang-orang yang mendengarnya terkejut. Jadi, orang yang mereka tuding itu ternyata tak bersalah! Tapi nasi sudah jadi bubur. Kak Irfan telanjur dipukuli.

***

Irfan menemukan dirinya tengah berada di kamar rumah sakit saat siuman. Saat melihat ayah Pipit yang turut membawanya ke rumah sakit, pemuda itu ketakutan dan beringsut mundur mengira dirinya akan dipukuli lagi. Untunglah ayah Indah menenangkannya dan menjelaskan bahwa mereka sudah tahu bahwa ia tidak bersalah.

Ayah Pipit juga meminta maaf karena telah menuduhnya mencuri. Kepada pemuda itu juga dijelaskan mengenai Indah, Pipit dan Tati yang pada awalnya ingin menguji kejujurannya saja, namun malah menimbulkan kesalahpahaman.

Kak Irfan tertegun saat menyadari bahwa semuanya berawal dari ketidakpercayaan Indah dan kawan-kawan terhadapnya. Ia memandang ketiga anak itu agak lama.

Ketiga sahabat tersebut ketakutan. Terutama Indah, ia mengira Kak Irfan akan memarahi bahkan memukulnya.Kalau hal itu terjadi, ia pasrah saja. Ia memang salah, telah menyebabkan Kak Irfan menjadi korban amukan para tetangga.

Di luar dugaan Indah, Kak Irfan malah mengusap kepalanya dengan lembut!

“Saya memang pernah salah jalan. Tapi sekarang saya sudah bertobat dan berjanji tidak akan mencuri lagi,” ujarnya pelan.

Indah mengangkat kepalanya dan menemukan seulas senyum tersungging di bibir Kak Irfan.

“Lain kali, jangan begitu lagi, ya?” pesan Kak Irfan.

Indah mengangguk sambil menyeka matanya yang basah. Ia berjanji dalam hati, tidak akan mencurigai Kak Irfan lagi dan akan memperlakukannya dengan baik. Kini, bagi Indah, Kak Irfan bukan lagi seorang bekas pencuri, melainkan seorang kakak yang baru ia temukan. Ia akan menyayangi dan menghormatinya sebagai seorang kakak. Dan rasanya, Indah tak berkeberatan lagi jika Kak Irfan tinggal bersamanya, Adam dan Ayah selamanya jika benar keluarga Kak Irfan menolak menerima pemuda itu lagi. Kak Irfan sudah memiliki keluarga baru lagi yang akan menyayanginya. Keluarga Indah.

Cerpen anak ini pernah dimuat di Harian Pedoman Rakyat (Makassar), Minggu 14 September 2003. Ditulis waktu saya masih belajar menulis (lagi) dan setelah saya lihat lagi, bahasanya kok banyak yang 'aneh' ya?. Ceritanya sendiri memang ‘dongeng’ banget (hari gini mungut bekas pencuri???), tapi ini salah satu cerita yang saya sukai. Saya ingin mengembangkannya menjadi skenario serial drama lepas untuk anak. Mudah-mudahan ada yang mau menerima dan membantu saya dalam mengadaptasi dan memroduksinya. Soalnya, sekarang ini sinetron untuk anak sepertinya masih kurang ya? Hehehe,bermimpi jadi pembuat film 'kan boleh?